Saturday, May 25, 2013

Siklus Dalam Pembelajaran



Dalam pembelajaran di kelas ada empat tahap yang seyogianya ditempuh sebagai berikut:
 Pertama, building knowledge of field. Ini merujuk pada tahap penjajagan dan pengenalan topik yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa yang lain, sehingga ketrampilan listening dan speaking terjadi di sini. Guru diharapkan membangun kosa kata dengan cara eliciting dari siswa tentang topik yang akan dibahas. Guru juga melatih pola-pola kalimat atau tatabahasa yang mencirikan teks spoof dan memasukkannya kedalam kalimat-kalimat (tidak berdiri sendiri-sendiri atau terpisah). Pada tahap ini siswa dilatih keterampilan menyimak dan berbicara. Singkatnya, pengalaman dan pengetahuan siswa tentang topik itu dijelajahi sebanyak mungkin.

Wednesday, May 22, 2013

Media Pembelajaran Serial pictures




Serial pictures (picture sequence description) di sini maksudnya adalah urut-urutan tiga sampai enam gambar yang menggambarkan suatu jalan cerita (Brown  2004). Pembelajaran menggunakan serial pictures sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan gambar-gambar yang mempresentasikan ide-ide verbal. Ide-ide terdapat dalam setiap gambar yang merupakan ide pokok yang akan dibahas. Ide-ide pokok tersebut kemudian dielaborasi dengan kalimat yang saling berhubungan. Untuk memperjelas ide yang ada dalam gambar-gambar tersebut, guru perlu memberi beberapa kata kunci  atau frasa-frasa yang memungkinkan siswa lebih mudah dalam menuliskan kalimat-kalimatnya.
Guru juga perlu menulis pertanyaan-pertanyaan (untuk kelas yang agak lemah) untuk mempermudah siswa menghububungkan antar kalimat berdasar gambar sehingga terbentuklah koherensi antar kalimat dengan baik. Setelah itu guru membacakan teks, siswa mendengarkan sambil membuat catatan-catatan.

Sejarah Media Pembelajaran



Selama ini media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap belajar siswa. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada pertengahan abad 20, alat visual untuk mengkonkretkan materi pelajaran selanjutnya dilengkapi dengan audio sehingga dikenal menjadi alat audio-visual atau audio visual aids (AVA).
            Berbagai peralatan digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran dengan maksud menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi, kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio-visual, sehingga selain sebagai alat bantu, media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu alat audio-visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media.

Film Sebagai Media Pembelajaran



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 276) film mempunyai dua pegertian. Pertama, selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang akan dibuat potret atau tempat gambar positif yang akan dimainkan di bioskop. Kedua, lakon (cerita) gambar hidup. Sementara film dokumenter dimaknai sebagai dokumen dalam bentuk film mengenai suatu peristiwa bersejarah atau aspek seni budaya yang mempunayi makna khusus agar dapat menjadi alat penerangan dan pendidikan.
Film kini terdapat dalam beberapa format, seperti VCD dan DVD memberi pengalaman kongkrit juga abstrak kepada peserta didik. Menurut Mohd. Arif dkk. (2008: 37-42) film sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut: (1) memiliki unsur multimedia; (2) memanipulasi prespektif ruang dan waktu; (3) dapat menyampaikan pesan pembelajaran; (4) memudahkan kegiatan pembelajaran; dan (5) dapat meningkatkan berbagai kemahiran dan pengalaman belajar.

Tuesday, May 21, 2013

Pembelajaran Kooperative


Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok – kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara penegelompokkan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
            Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa kedalam kelompok – kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah heterogen.

Metode Mengajar


Metode secara harfiah berarti”cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan konsep-konsep secara sistimatis
Sedangkan yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa .

Pengertian Motivasi


Motivasi ( motivation ) berasal dari bahasa latin “ movere”   yang artinya To move atau menggerakkan. Kata motivasi sering terkait dengan istilah motif yang artinya sebagai daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu, terutama apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dieasakan atau mendesak ( Sardiman, 2001 )
            Motivasi adalah  suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.

Friday, May 17, 2013

Strategi Pembelajaran


Strategi pembelajaran merupakan pola umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model pembelajaran yang dapat dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku (Moh. Uzer Usman 1995:1).

Cakupan Managemen Pembelajaran


Prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran merupakan acuan yang dipergunakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Secara lebih rinci dan jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a.       Perencanaan Pembelajaran
1)      Perumusan Tujuan Pembelajaran
Sebagaimana yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara khusus dalam bentuk perilaku akhir siswa. Setiap guru perlu mengakui dan memahami pentingnya tujuan pembelajaran. Demikian juga hasil belajar atau upaya mencapai ke arah tujuan pembelajaran bagi siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang dirancang oleh guru sebelumnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang atau perencana pembelajaran.
Mengenai tujuan pembelajaran (instruksional), Suharsimi Arikunto (1990:16) mengartikan “tujuan pembelajaran merupakan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran”. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1990:17) membedakan tujuan instruksional menjadi dua bagian, yaitu :
a)       Tujuan Instruksional Umum (TIU), merupakan tujuan yang akan dicapai dengan satu kesatuan materi pembelajaran. Dalam kurikulum sekolah, Tujuan Instruksional Umum adalah tujuan yang akan dicapai melalui pokok-pokok bahasan.
b)      Tujuan Instruksional Khusus (TIK), merupakan tujuan yang akan dicapai guru dalam pertemuannya dengan siswa di kelas. Tujuan Instruksional Khusus perlu dirumuskan sedemikian rupa, sehingga : bersifat sangat khusus (hanya menunjukkan satu pengetahuan atau keterampilan saja), berpusat pada siswa (langsung menunjuk pada kepentingan siswa), menunjuk pada suatu kondisi atau situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan yang dimaksud dapat dicapai dan menunjuk pada suatu tingkatan atau ukuran yang telah ditentukan.

Jika tujuan-tujuan tersebut dilihat dari kacamata upaya pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut merupakan penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan umum nasional. Keadaan yang penting adalah bagaimana guru dapat menentukan agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan secara jelas dan tegas dalam perilaku siswa.

2)      Persiapan Media
Persiapan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari perencanaan pembelajaran. Alipandi (1994:153) mengemukakan “media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar mengajar dapat berlangsung”. Manfaat yang dirasakan dengan mempergunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar menurut Ahmad Rifa’i (1991:2) adalah :
a)       Memperjelas penyajian pesan agar tidak verbalistis.
b)      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c)       Menimbulkan kegairahan dalam belajar.
d)      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataannya.
e)       Memungkinkan terjadinya belajar secara individual menurut kemampuan dan minatnya.
f)        Memberikan rangsangan yang sama kepada setiap siswa.
g)      Mempersamakan pengalaman.
h)      Menimbulkan pesepsi yang sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Dalam proses pembelajaran penggunaan media dikenal banyak jenis dan karakteristiknya, sehingga hal tersebut perlu menjadi bahan perhatian dan pertimbangan seorang guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Oemar Hamalik (1991:63) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut.
a)       Media audio, yaitu media yang berkaitan erat dengan indra pendengaran. Media ini merupakan media auditif yang menghasilkan bunyi atau suara, misalnya radio dan tape-recorder.
b)      Media visual, yaitu media yang berkaitan erat dengan penglihatan yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang dikenal dengan alat peraga. Media visual ini dibedakan lagi menjadi : media visual diam dan gerak.
c)       Media audio-visual, yaitu penggabungan dari media audio dan visual. Media ini merupakan media yang menghasilkan gambar dan suara, seperti televisi dan film.
d)      Pengunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran, artinya siswa dibawa langsung ke tempat atau objek pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka jelas bahwa dalam perencanaan pembelajaran, khususnya mengenai penggunaan media pembelajaran seorang guru perlu memiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai secara efektif.
3)      Persiapan Diri
Persiapan diri bagi seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Persiapan diri ini berhubungan dengan kemampuan menguasai materi pelajaran untuk disampaikan kepada siswa, kondisi kesehatan baik secara psikologis maupun psikis, penggunaan media dan sumber pembelajaran, serta ketepatan waktu untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Guru yang secara mental maupun fisik telah siap melaksanakan tugas akan lebih berhasilan melaksanakan pembelajaran dibandingkan dengan yang kurang persiapan. Persiapan dapat dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh hari sebelumnya. Untuk itulah yang paling penting bagi seorang guru dalam mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik untuk mengajar yang benar-benar optimal.
4)      Perlengkapan Bahan
Perlengkapan bahan berhubungan dengan persiapan bahan-bahan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Bahan-bahan tersebut antara lain : buku sumber yang akan dipergunakan, media pembelajaran yang akan dipakai serta sarana dan prasarana pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran proses pembelajaran.
Untuk pengadaan bahan pembelajaran guru dapat mencari dari perpustakaan sekolah, penerbit yang cocok atau dari siswa, sedangkan media pembelajaran sebaiknya dipersiapkan oleh guru mengingat guru yang akan menyampaikan materi di mana penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk bahan meteri yang belum ada, sedangkan sumber pembelajaran sangat terbatas, maka sebelumnya guru memperbanyak materi pembelajaran tersebut dengan memfoto-copynya terlebih dahulu, jangan membiasakan menyuruh siswa mencatat, mengingat di sekolah tidak ada pelajaran mencatat.
5)      Persiapan Tugas dan Alat Evaluasi
Setelah tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan bahan pembelajaran dilengkapi, selanjutnya adalah mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas tersebut dapat bersifat kelompok atau individual. Dalam pemberian tugas hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas dapat dilakukan di sekolah atau di rumah dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh guru.
Demikian pula halnya dengan alat evaluasi sebagai alat pengukuran keberhasilan pembelajaran siswa terhadap materi yang telah disampaikan, seorang guru dapat menentukan, bentuk, jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang dipergunakan biasanya pilihan (a, b, c dan d), essay, menjodohkan atau sebab akibat, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan materi pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditetapkan, sedangkan waktunya ditetapkan berdasarkan ukuran kemampuan siswa untuk mengerjakannya.
b.      Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran dikenal pula dengan istilah metodologi pembelajaran sebagai prosedur yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran kepada siswa. Dalam pelaksanaannya guru secara berturut-turut melakukan proses yang disebut sebagai :  pengkondisian awal, penjelasan tujuan dan materi, penciptaan kondisi belajar, penggunaan metode, dorongan untuk berpendapat, kebebasan berdiskusi, penggunaan buku dan program, pengecekan pemahaman, penggunaan format dan alokasi waktu.
Secara lebih rinci dan jelasnya proses tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1)            Pengkondisian Awal
Pengkondisian awal berhubungan dengan apersepsi atau membangkitkan perhatian atau merangsang siswa untuk belajar. Dengan pengkondisian ini siswa diharapkan terarah dan tertib untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk tahap awal pembelajaran, misalnya pada kelas baru, biasanya pengkondisian diawali dengan perkenalan guru dengan siswa dan mengecek kehadiran siswa. Perkenalan bertujuan untuk lebih mendekatkan hubungan antara guru dengan siswa serta memperjelas kedudukan masing-masing antara fungsi dan peran guru serta fungsi dan peran siswa. Demikian pula dalam hal absensi, penting dilakukan untuk mengetahui jumlah murid yang akan belajar dan mengetahui murid lain yang belum hadir, sehingga guru memiliki pegangan yang pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus diajarinya.


2)            Penjelasan Tujuan dan Materi
Setelah dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan penjelasan tujuan dan materi pelajaran. Penjelasan tujuan disesuaikan dengan Tujuan Instruksional Umum dan Khusus yang telah ditetapkan, sehingga siswa memahami apa yang diharapkan guru setelah proses pembelajaran selesai. Demikian pula dalam penjelasan materi seorang guru dapat menyampaikannya dalam berbagai bentuk. Namun yang umum dipergunakan adalah melalui metode ceramah,  mengingat metode ini pada saat sekarang mudah untuk dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan materi biasanya dilakukan melalui penjelasan konsep yang abstrak sampai dengan yang kongkrit, mulai dari hal yang umum ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan kemampuan guru. Pada saat menyampaikan materi biasanya siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat hal-hal yang dianggapnya perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada saat guru menerangkan siswa diharuskan menyimak sepenuhnya.
3)            Penciptaan Kondisi Belajar
Penciptaan kondisi belajar dapat dilakukan guru pada saat berlangsungnya penjelasan materi pembelajaran, misalnya menegur siswa yang kurang menyimak, memberikan sangsi siswa yang selalu ribut, mengarahkan siswa untuk menertibkan diri atau menertibkan hal-hal lain yang sekiranya mengganggu terhadap penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif. Dengan adanya penciptaan kondisi belajar tersebut, maka jelas tujuan pembelajaran dan kelancaran pembelajaran akan tercapai secara efektif.
4)            Penggunaan Metode
Penggunaan metode pembelajaran penting dilakukan oleh guru untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran. Seorang guru dalam menyampaikan satu materi pembelajaran dapat menggunakan satu atau beberapa metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kemampuannya. Oleh karena itu pemahaman dan penguasaan terhadap metode pembelajaran merupakan keharusan bagi guru agar lebih berhasil menyampaikan meterinya. Metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru, misalnya metode ceramah, diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA atau inquiry learning.
5)            Dorongan untuk Berpendapat
Setelah materi pembelajaran disampaikan oleh guru, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat terhadap materi yang telah disampaikan atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami. Dalam kegiatan ini guru perlu mendorong atau memotivasi siswa minimal dengan pujian bagi siswa yang berpendapat atau mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk mengetahui tingkat kreativitas berpikir siswa terhadap materi yang baru saja diajarkan, apabila siswa kelihatan vacum keadaan ini menunjukkan dua kemungkinan, yaitu siswa benar-benar telah paham atau sebaliknya sama sekali tidak mengerti. Oleh karena itu guru perlu melakukan ketegasan apakah siswa benar-benar paham atau pura-pura paham dikarenakan takut.
6)            Kebebasan Berdiskusi
Guru perlu memberikan kebebasan kepada siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang diajukan setelah materi disampaikan. Namun demikian kebebasan tersebut jangan diartikan siswa bebas untuk ribut atau ke luar masuk kelas seenaknya. Kebebasan di sini adalah kebebasan bertanggung jawab, artinya guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuannya dengan penerapan konsep bahwa pendapat apapun yang diajukan siswa adalah benar, mengingat dalam konsep pembelajaran bahwa pendapat diakui sebagai suatu hal yang benar.
7)            Penggunaan Buku dan Program
Penggunaan buku dan program dilakukan sebagai sumber atau alat bantu terhadap kelancaran proses pembelajaran. Penggunaan buku dapat dilakukan hanya satu jenis saja atau bahkan beberapa buku. Untuk jenjang pendidikan dasar (sekolah dasar), biasanya buku yang dipergunakan hanya satu buku saja yang telah ditetapkan oleh departemen pendidikan. Keadaan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan siswa semata-mata, sehingga konsep berpikirnya menjadi lebih terfokus.
8)            Pengecekan Pemahaman
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan oleh guru melalui proses tanya jawab. Dalam hal ini guru bertanya terhadap materi yang telah disampaikan dengan catatan siswa tidak melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap awal bagi guru untuk mengukur sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan secara sebagian sebelum dilakukan proses evaluasi lebih lanjut.
9)            Penggunaan Format Kesulitan Belajar
Penggunaan format ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesulitan belajar siswa pada saat materi pelajaran disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas mengajar, sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan nanti. Namun demikian dalam proses pembelajaran yang umum di tingkat sekolah dasar penggunaan formal kesulitan belajar jarang dipergunakan, mengingat dominasi guru terhadap proses pembelajaran masih kuat.
10)            Alokasi Waktu
Alokasi waktu diperlukan untuk menentukan batasan antara luasnya materi dengan waktu yang tersedia. Dalam hal ini bertujuan untuk menghindari penggunaan waktu yang tidak efektif. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering terjadi guru sudah kehabisan materi, sementara waktu yang tersedia masih banyak atau sebaliknya guru masih memiliki banyak materi yang perlu disampaikan sementara waktu telah selesai. Untuk menghindari kejadian tersebut, maka guru harus pandai-pandai menggunakan waktu dengan tepat, jika materi sudah habis sementara waktu masih banyak, maka guru perlu memberikan penjelasan tambahan yang dapat memperjelas materi pelajaran, sementara jika waktu telah selesai, tetapi materi masih banyak, maka guru perlu memberikan penugasan kepada siswa untuk menemukan atau merangkum dan mempelajari materi tambahannya.
c.      Tahap Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau nilai bagi siswa, tetapi juga sebagai barometer untuk mengukur keberhasilan bagi guru itu sendiri dalam penyajikan bahan pembelajarannya. Evaluasi penting dilakukan oleh seorang guru manakala proses pembelajaran terlah selesai dilakukan, sehingga kriteria keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat keberhasilannya. Oemar Hamalik (1991:135) mengemukakan konsep penilaian (evaluasi) sebagai berikut.


Penilaian (evaluasi) merupakan suatu proses berkelanjutan mengenai pengumpulan dan penafsiran data dan informasi dalam rangka pembuatan keputusan pendidikan. Rumusan ini berimplikasi kepada : (1) penilaian adalah suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus, mulai dari sebelum dilaksanakan pembelajaran sampai dengan berakhirnya pembelajaran,             (2) penilaian mempunyai tujuan tertentu yaitu dengan informasi yang diperoleh, dilakukan upaya memperbaiki proses pendidikan, misalnya memperbaiki kurikulum dan proses pembelajaran dan (3) penilaian menuntut alat yang handal untuk memperoleh informasi yang akurat, tepat guru dan berdaya guna untuk membuat keputusan dan selanjutnya melakukan perbaikan untuk masa yang akan datang.

Dengan demikian evaluasi dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar dan guru yang melakukan pengajaran. Guru dapat menentukan keberhasilannya baik dengan angka atau nilai-nilai kepribadian yang tampak dari siswa. Hal yang patut diperhatikan dalam penyusunan alat evaluasi adalah berpedoman pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Beberapa aspek yang patut diperhatikan seorang guru dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) adalah pemberian tes, penggunaan hasil belajar, membuat kesimpulan, penerimaan input untuk kualitas PBM dan pemanfaatan fasilitas lingkungan. Pemberian tes ini berhubungan dengan pemberian tes akhir materi dan batas minimal tes akhir materi yang harus dicapai oleh siswa. Penggunaan hasil belajar siswa berhubungan dengan analisa hasil belajar, penilaian perubahan hasil belajar dan berfungsi sebagai feed back perbaikan pembelajaran. Dalam membuat kesimpulan dapat dilakukan oleh guru atau dengan cara mengaktifkan siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara keseluruhan. Menerima input dari luar untuk kualitas PBM dapat dilakukan melalui keterbukaan langsung guru untuk menerima saran dan kritik dari pihak luar (kepala sekolah atau guru) lain yang berfungsi sebagai observer dalam melaksanakan proses pembelajaran. Input tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat konstruktif bagi peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan datang. Selanjutnya pemanfaatan fasilitas lingkungan berhubungan dengan tingkat kreativitas guru untuk membawa peserta didik belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas dengan lingkungan belajar yang ada di sekitarnya.

Managemen Pembelajaran


Istilah pembelajaran sering dipergunakan dalam kegiatan pendidikan di sekolah, mengingat hal tersebut merupakan inti dari proses penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan tersebut berlangsung secara kontinyu yang dilakukan antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek ajar. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:14) memberikan pengertian tentang istilah pembelajaran yaitu : “proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. Sementara Muhadi Suratman (1998:23) mengemukakan “pembelajaran merupakan proses interaksi antara yang mengajar (guru) dengan yang belajar (siswa) sebagai usaha untuk mengubah perilaku siswa dari yang kurang bisa            menjadi bisa”.
Dalam kerangka sistem, pembelajaran menunjuk pada pengertian yang mengandung seperangkat komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen yang dimaksud adalah tujuan, metodologi dan penilaian (evaluasi) pembelajaran. Komponen-komponen ini dikatakan juga sebagai lingkungan belajar yang perlu diciptakan dan disiapkan oleh seorang pengajar (guru). Dengan demikian pembelajaran dalam konteks ini lebih menitikberartkan kepada guru sebagai pengajar yang akan menyampaikan ilmu pengetahuan berupa materi pelajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis dan terkendali. Efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila semua komponen yang ada di dalamnya dikelola dan diorganisasikan dengan baik, sebagaimana dikemukakan Nana Sudjana (1992:23) sebagai berikut.

Kompetensi Sosiokultural


Salah satu batasan tentang kompetensi sosio kultural adalah seperti yang saya kutip dari http://www.apa.org/pi/oema/guide.html:
A person is culturally competent must demonstrate not only knowledge and attitudes about ‘other groups’, but also about their  dominant or majority culture, and about their own personal and professional culture. Most importantly, a culturally competent person must also be able to demonstrate specific cultural competencies, including skills, knowledge and attitudes.
8
 
     Menurut kutipan di atas, seseorang dikatakan memiliki kompetensi kultural haruslah dapat memperlihatkan pengetahuan serta tingkah laku kelompok masyarakat lain serta kultur yang dominan, dan juga tentang kultur pribadi dan profesionalnya. Yang paling penting, seseorang yang memiliki kompetensi kultural harus dapat memperlihatkan kompetensi kulturnya secara khusus, yang menyangkut keterampilan, pengetahuan serta tingkah lakunya. Sedangkan Brown (2000:176) menyatakan bahwa kultur atau budaya adalah cara hidup. Dikatakan juga bahwa kultur atau budaya adalah konteks di mana kita ada, berpikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain. Budaya merupakan lem yang mengikat sekelompok masyarakat. Jadi kompetensi sosio kultural adalah kemampuan seseorang menunjukkan cara hidup, berpikir, merasakan dan bagaimana berhubungan dengan orang lain dengan menggunakan budaya orang yang menggunakan bahasa itu.
Stephen Dahl dalam Kameo (2000:1) mendefinisikan kultur atau budaya adalah kepercayaan dan asumsi dasar, juga tingkah laku yang muncul dari sekelompok masyarakat. Kultur atau budaya adalah cara sekelompok orang menerima kenyataan. Bila dikaitkan dengan kompetensi sosio kultural, maka kompetensi ini mengharapkan seseorang untuk dapat memahami kepercayaan, asumsi dasar serta tingkah laku yang muncul pada masyarakat yang menggunakan bahasa Inggris.
Konsep-konsep kultur atau budaya untuk membedakan kultur satu dan yang lain ada banyak. Dalam penelitian ini, siswa hanya akan ditingkatkan kompetensi sosio kultural yang masih terbatas dalam lima konsep penting seperti yang disampaikan oleh Kameo (2000:3-7)     berikut ini:
a.       Persepsi
Bagaimana kita memahami  dunia tergantung pada pengalaman kita. Kita memahami dunia bukan saja bagaimana dunia itu tetapi seperti apa menurut anggapan kita. Persepsi akan sesuatu berbeda dari satu orang ke orang lain. Jadi apa yang kita lihat, dengar, bau serta rasakan mungkin tidak sama dengan apa yang dirasakan oleh orang dengan lain budaya. Persepsi orang terhadap buah durian, misalnya mungkin berbeda antara orang Indonesia dan orang barat. Jadi pada konsep ini siswa akan diajak untuk memahami persepsi atas sesuatu sesuai dengan budaya penutur asli bahasa Inggris. Siswa akan diberi tugas bagaimana perbedaan persepsi mereka atas sesuatu dengan orang yang mempunyai kultur bahasa Inggris.
b.      Nilai atau value
Nilai tampak pada tingkah laku. Ketika nilai dua kultur atau budaya berbeda, cara orang-orang tadi dalam berpikir, bertingkah laku dan berkomunikasi akan berbeda pula. Bahkan orang yang memiliki budaya samapun tingkatan nilai itu bisa berbeda. Berikut ini adalah nilai-nilai yang akan dianalisa oleh siswa dalam penelitian tindakan kelas saya untuk meningkatkan kompetensi sosio kultural budaya dalam bahasa Inggris.
Tabel 2.1
Nilai-nilai Analisis Siswa
Fate or destiny
Personal control over the environment
Hierarchy, rank and status
Equality and egalitarian
Group orientation
Individualism
Being orientation
Action and work orientation
Formality
Informality
Indirectness and saving face
Directness, opennes and honesty
Spiritualism
Materialism
Past orientation
Futur orientation
Tradition
Change

c.       Waktu
Pengahargaan terhadap waktu dari berbagai macam budaya berbeda. Beberapa orang melihat waktu itu berputar, sementara orang lain melihatnya linear, bergulir dalam sebuah garis lurus. Kultur juga membedakan orientasi orang terhadap waktu. Suatu budaya mungkin beroientasi pada masa silam, masa kini atau masa depan. Orientasi terhadap waktu ini mempengaruhi betapa mudahnya wajah budaya berubah. Beberapa orang memandang perubahan itu positif dan diinginkan, sementara orang lain tidak. Orang Amerika menganggap waktu itu berharga, sehingga dapat dihemat, dibuang atau hilang. Sementara orang Indonesia sebagian besar menganggap waktu itu elastis seperti karet. Jadwal tidak selalu ditepati secara ketat. Konsep waktu ini juga merupakan salah satu aspek yang akan dipelajari siswa dalam film yang akan mereka analisa.
d.      Jarak
Penggunaan jarak tidak sama antara budaya satu dengan budaya lain. Jarak di sini meliputi jarak satu rumah ke rumah orang lain, jarak orang berbicara ketika bertatap muka. Jarak dua orang java yang sedang berbicara bervariasi menurut tingkatan sosial mereka. Dua orang yang memiliki tingkat sosial yang jauh, mereka berbicara dalam jarak yang relatif lebih jauh daripada orang yang berstatus sosial sama. Demikian pula dengan kedekatan hubungan seseorang mempengaruhi jarak mereka berbicara. Konsep jarak ini juga akan dianalisa siswa dalam penelitian tindakan ini.
e.       Tingkah laku non verbal
Tingkah laku non verbal adalah komunikasi diam. Hal ini berhubungan dengan bagaimana orang berkomunikasi tidak dengan menggunakan kata-kata. Termasuk di dalamnya adalah tanda, bahasa tubuh, simbol-simbol, ekspresi wajah, penampilan, postur, kontak mata, dan tingkat kontak tubuh satu orang ke orang lain.
Kelima konsep budaya tadi akan dilihat siswa dalam film-film yang akan mereka lihat dalam proyek yang saya berikan untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini.

Model Pembelajaran Kelompok Gabungan Jigsaw dan STAD


Sampai saat sekarang terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kelompok yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan, dua di antaranya adalah model Jigsaw dan model STAD (Student Team Achievement Division). Bentuk pembelajaran kelompok model Jigsaw yaitu anggota kelompok diberi tugas yang berbeda satu dengan lainnya dari satu pokok bahasan. Agar masing-masing tetap mengetahui keseluruhan pokok bahasan yang dibahas dalam kelompoknya, tes diberikan dengan menyeluruh dengan penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelopok. Adapun langkah-langkah penting dalam pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah Penting Dalam Pembelajaran Model Jigsaw

Metode Pembelajaran Kelompok


Metode pembelajaran adalah teknik penyajian pelajaran yang dipergunakan guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Ada berbagai macam teknik penyajian dari yang tradisional yang telah dipergunakan sejak dulu sampai dengan pada teknik modern yang dipergunakan sekarang ini. Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah satu strategi belajar mengajar, di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai dengan 5 siswa, mereka bekerjasama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut (Robert L. Cilstrap dan William R. Martin dalam Roestiyah 2001:45).

Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar


Dalam rangka mencapai interaksi belajar mengajar, maka perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga terpadunya dua kegiatan yaitu kegiatan mengajar oleh guru dan kegiatan belajar oleh siswa yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar, karena lemahnya sistem komunikasi dapat mengakibatkan kegagalan dalam pencapaian tujuan. Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dan siswa, sebagaimana dikemukakan Sudjana (2000:45) yaitu : a) komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, b) komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, dan c) komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

Konsep Belajar Mengajar


Belajar dan mengajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan sebagai satu kesatuan yang utuh antara siswa dengan guru. Belajar dan mengajar sering pula disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Dalam kondisi belajar siswa menerima materi yang diberikan oleh guru, sedangkan guru itu sendiri memberikan materi sesuai yang ditetapkan dalam kurikulum. Dalam belajar dan mengajar ini terdapat interaksi aktif antara murid dan guru, sehingga dapat dikatakan belajar dan mengajar kurang serasi abapila terjadi hanya satu arah komunikasi saja. Oleh karena itu belajar dan mengajar harus menjadi satu kesatuan. Namun demikian untuk lebih memahami konsep belajar dan mengajar dalam konsep (pengertian) perlu dijelaskan secara terpisah.

Permainan


Hadfield (1985:4) mengatakan bahwa “A game is an activity with rules, a goal and an element of fun”. Hal ini berarti bahwa sebuah permainan yang bertujuan meningkatkan hasil pembelajaran harus memiliki tata aturan dan tujuan selain menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Selanjutnya Hadfield membagi dua jenis permainan, yakni permainan kompetitif dan permainan kooperatif. Tujuan yang pertama adalah siswa berlomba untuk menjadi nomor satu mencapai tujuan, sementara yang kedua siswa bekerja sama.
Penekanan pada kegiatan permainan adalah keberhasilan untuk berkomunikasi bukan kesempurnaan bahasa. Permainan cenderung digunakan untuk kelancaran (fluency). Jadi hal terpenting adalah bagaimana permainan tersebut digunakan. Permainan juga memerlukan teknik yang beragam dan keragaman sangat pentitng dalam pembelajaran bahasa.

Hakekat Kreativitas


Kreativitas menurut Barron dalam Asrori (2008:61) merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu  yang baru. Sesuatu yang baru di sini  bukan berarti  harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang  telah ada sebelumnya.
1). Pengertian Keativitas
                  Utami Munandar dalam Asrori (2008:62) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,  keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Lebih lanjut Utami Munandar menekankan bahwa kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian merupakan hasil interkasi dengan lingkungannya. Lingkungan yang merupakan tempat individu  berinteraksi itu dapat  mendukung berkembangnya kreativitas, tetapi ada juga  yang menghambat berkembangnya kreativitas individu. Kreativitas yang ada pada individu itu digunakan  untuk menghadapi berbagai permasalahan  yang ada  ketika berinteraksi dengan lingkungannya dan mencari berbagai alternatif pemecahannya sehingga dapat  tercapai penyesuai  diri secara kuat.

Contoh Kisi - kisi Kuisioner Minat Siswa

No
Indikator Minat
Instrumen Minat
Nomor Instrumen
1
Perasaan siswa terhadap Matematika
Bagi saya Matematika menyenangkan
1
2
Memiliki catatan pelajaran matematika
Catatan Matematika saya lengkap
2
3
Menandai catatan yang penting
Saya selalu memberi tanda catatan yang saya anggap penting
3
4
Berusaha memahami Matematika
Saya selalu berusaha memahami materi pelajaran matematika
4
5
Perasaan suka latihan soal Matematika
Saya suka mengerjakan latihan soal Matematika
5
6
Memiliki buku Matematika
Saya memiliki buku Matematika
6
7
Keberanian bertanya
Jika saya belum jelas, saya akan bertanya kepada guru
7
Saya lebih suka berdiskusi dengan teman
8
8
Rasa penasaran terhadap latihan soal Matematika
Saya selalu mencari tambahan latihan soal di Perpustakaan
9
Saya suka browsing materi atau soal Matematika di internet
10
Saya belum puas hanya mengerjakan satu jenis latihan soal saja
11
Saya selalu merasa penasaran jika latihan soal tidak berhasil saya selesaikan
12
9
Mengikuti pelajaran Matematika
Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran matematika
13
Jika saya berhalangan hadir, saya akan pinjam catatan teman
14
Saya sangat kecewa jika pelajaran Matematika kosong
15