Friday, April 25, 2014

Ciri-Ciri Soal yang Bermutu Baik



Bahan ujian atau soal yang bermutu baik dapat membantu para guru, tutor, pengawas, atau dosen dalam meningkatkan pelaksanaan proses belajar-mengajar. Soal yang bermutu baik dapat memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan, maka semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan itu. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan, makin kecil pula peluang menjawab benar suatu soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan.

Teknik dan Alat Penilaian



Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan para guru, tutor, pengawas, atau dosen sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah mata pelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru, misalnya adalah: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.

1.  Teknik Penilaian Melalui Tes

Proses Penilaian




Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat melakukan penilaian melalui tes dan non tes. Tes meliputi tes lisan, tertulis (bentuk uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah), dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja (performance), penugasan (project) dan hasil karya (product). Penilaian non-tes contohnya seperti: sikap,  minat, motivasi, penilaian diri, portfolio, life skill. Dalam pelaksanaan di sekolah, penilaian non tes lebih mudah dilakukan dengan bentuk "pengamatan”. Demikian pula untuk tes perbuatan.

Pedoman Penskoran untuk Portofolio



Ada bermacam-macam bentuk pedoman penskoran untuk menilai portofolio.  Berikut ini disajikan beberapa contoh.
 Contoh 1

Pedoman Penskoran Hasil Penyelidikan

 1.      Bukti terjadinya proses berpikir.   
·         Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi
      portofolio dan data dalam setiap satuan itu?
·         Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah,
      menganalisis, mencari pola, dsb?
·         Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar
      untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk
      memperoleh hasil penyelidikannya?
·         Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam
      pemecahan masalah atau penyelidikannya?

Contoh Tugas Portofolio



Berikut adalah contoh tugas dari guru kepada siswa untuk membuat portofolio

1.    Contoh tugas untuk membuat portofolio “karya terbaik”.
Kumpulkan dalam satu bendel, karya tulis kamu, untuk menunjukkan karya terbaik kamu dalam pembuatan puisi, laporan kunjungan ke objek wisata, artikel dalam majalah dinding.  Jelaskan mengapa masing-masing merupakan karya terbaik.

Cara Menilai Portofolio



Untuk menilai portofolio harus lebih dulu tersedia rubrik (pedoman terperinci) penilaian.  Penilaian portofolio hendaknya tidak hanya ditekankan kepada keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan kepada proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam isi portofolio.  Salah satu cara penilaian portofolio, atau pembuatan rubrik, adalah cara dengan menggunakan kriteria berikut.

1.    Bukti terjadinya proses berpikir.
·         Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan itu?

Pemilihan Isi Portofolio



Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan isi portofolio, misalnya: siapa yang memilih, bagaimana memilih, bagaimana melibatkan siswa, bagaimana peranan guru, bagaimana kriteria eksternal, kapan harus dipilih, apa yang perlu dilakukan oleh guru terhadap setiap isi.

Siapa yang memilih?
Pihak yang memilih ditentukan oleh tujuan.  Apabila tujuan portofolio lebih pada pemberian kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan belajarnya, maka siswa harus diberi kesempatan juga untuk ikut memilih calon isi portofolio.  Akan tetapi, apabila portofolio lebih ditekankan pada usaha guru untuk menilai dan memperbaiki pembelajarannya, guru harus menen-tukan apa saja yang harus disajikan dalam portofolio.

Langkah-Langkah Perencanaan Portofolio Penilaian



Agar terarah, pengunaan portofolio harus dilakukan dengan perencanaan yang sistematis, melalui enam langkah di bawah ini.

Langkah pertama: Menentukan maksud atau fokus portfolio
Hal ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
·         Mengapa saya (guru) memerlukan portfolio siswa?
·         Sasaran belajar apa atau tujuan kurikuler apa yang ketercapaiannya hendak dinilai dengan portofolio ini?
·         Apakah penilaian dengan portofolio lebih cocok untuk menilai belajar atau tujuan kurikuler tersebut daripada dengan penilaian alternative yang lain?
·         Apakah portofolio itu harus difokuskan pada karya terbaik, atau pertumbuhan (perkembangan) belajar, atau keduanya?
·         Portofolio itu akan digunakan sebagai komponen penilaian formatif ataukah untuk penilaian sumatif, atau keduanya?
·         Siapakah yang menentukan isi portofolio: guru saja, guru dan siswa, atau pihak lain (misalnya siswa, orang tua, dan guru)?

Kelebihan dan Kelemahan Portofolio Penilaian



Pengetahuan tidak datang dan masuk ke dalam benak siswa seperti hujan turun dan meresap ke dalam tanah.  Untuk memperoleh pengetahu-an, siswa harus ‘berjuang’ dengan mencerna informasi yang datang dari guru, informasi dari media cetak (bahan tertulis), informasi yang terkandung di dalam benda-benda yang dijumpainya, dan sebagainya.  Oleh karena itu, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus ‘aktif’, atau ‘belajar secara aktif’.  Oleh karena itu, dalam kelas yang ideal, siswa harus melakukan ‘penyelidikan’ memecahkan masalah, mengeksplorasi gagasan-gagasan dengan menggunakan benda-benda konkret, menggunakan media pembelajaran, mengerjakan hal-hal tersebut secara mandiri dan secara berkelompok, atau dengan bekerja sama dalam kelompok kecil, mengungkap-kan gagasan-gagasan baik secara tertulis maupun secara lisan. 

Portofolio Penilaian



Apakah yang disebut “portofolio”? Ada beberapa macam portofolio. Dalam kalangan seniman misalnya, ada portofolio yang berarti kumpulan hasil karya terbaik seorang seniman, yang sengaja diadakan untuk keperluan pameran. Dalam dunia pendidikan, portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio.  Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.  Portofolio demikian disebut juga ‘portofolio untuk penilaian’ atau ‘portofolio penilaian’.

Tuesday, April 8, 2014

ANALISIS BUTIR SOAL SECARA KUANTITATIF



A.   Pengertian

Penelaahan soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.


B.      Analisis Butir Soal
Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan modern.

ANALISIS BUTIR SOAL SECARA KUALITATIF



A.   Pengertian

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan/diujikan.

Aspek yang diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.

PENGEMBANGAN BANK SOAL



A.      Pengertian

Bank soal bukan hanya bank pertanyaan, pool soal, kumpulan soal, gudang soal, atau perpustakaan soal (Millman and Arter, 1984: 315); melainkan bank yang butir-butir soal terkalibrasi (Wright and Bell, 1984: 331); dan disusun secara sistematis agar memudahkan penggunaan kembali dan manfaat soalnya. Untuk itu butir-butir soal didalam bank soal harus tersedia untuk setiap  standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran, tingkat kesukaran butir soal, dan jenjang pendidikan. Hal ini sangat diperlukan untuk memiliki suatu tujuan yang jelas sebagai panduan dan pengembangan bank soal.

Penyetaraan Tes ( Equating )



Perakitan butir soal sering dilakukan secara tidak cermat karena ada beberapa kendala, diantaranya karena penyiapan bahannya dilakukan dalam tempo yang relatif singkat. Setiap kali akan diadakan ujian / ulangan, bahan langsung dipakai tanpa dapat diuji terlebih dahulu mutunya secara empirik. Akibat kekurangcermatan ini, penggunaan perangkat atau beberapa perangkat tes di tingkat sekolah, wilayah maupun nasional dapat merugikan banyak peserta didik yang kebetulan menempuh perangkat tes yang lebih sukar karena perangkat tesnya tidak paralel atau skor tes tidak memiliki kesamaan skala. Di samping itu, apabila dasar perakitan soalnya hanya didasarkan pada kisi-kisi saja (tanpa data empirik soal) atau didasarkan pada Kompetensi Dasar saja juga masih mengandung beberapa kelemahan. Soal yang

PERAKITAN BUTIR SOAL



A.  Pengertian

Merakit soal adalah menyusun soal yang siap pakai menjadi satu perangkat/paket tes atau beberapa paket tes paralel. Dasar acuan dalam merakit soal adalah tujuan tes dan kisi-kisinya. Untuk memudahkan pelaksanaannya, para tutor/guru harus memperhatikan langkah-langkah perakitan soal.

Dalam bab ini juga diuraikan penskoran jawaban soal. Pemeriksaan terhadap jawaban peserta didik dan pemberian angka merupakan langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Pada prinsipnya, penskoran soal harus diusahakan agar dapat dilakukan secara objektif. Artinya, apabila penskoran dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan skor atau angka yang sama, atau jika orang yang sama mengulangi proses penskoran akan dihasilkan skor yang sama.

KAIDAH PENULISAN SOAL

A.  Pengertian

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN AFEKTIF



A.  Pengukuran Ranah Afektif

Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional   yang secara langsung mengikuti definisi konseptual.

Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

KARAKTERISTIK RANAH AFEKTIF



Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif.  Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes.  

Hakikat Pembelajaran Afektif



Hasil belajar menurut Bloom (1976) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen (1981) sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan.

Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotor



      Instrumen Penilaian psikomotor ini terdiri atas soal atau perintah dan  pedoman penskoran untuk menilai unjuk kerja peserta didik dalam melakukan perintah/soal tersebut.  
1.   Penyusunan soal

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan memperhatikan materi pembelajaran. Pada contoh kisi-kisi di atas, dapat dibuat soal sebagai berikut:

Analisis Hasil Penilaian



Penilaian yang diselenggarakan oleh pendidik mempunyai banyak kegunaan, baik bagi peserta didik, satuan pendidikan, ataupun bagi pendidik sendiri. Secara rinci dapat dijelaskan manfaat penilaian, yaitu:
1.      mengetahui tingkat ketercapaian Standar Kompetensi yang sudah dijabarkan ke Kompetensi  Dasar.
2.      mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik.
3.      mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik.
4.      mendorong peserta didik belajar.
5.      mendorong pendidik untuk mengajar dan mendidik lebih baik.
6.      mengetahui keberhasilan satuan pendidikan dan mendorongnya untuk berkarya lebih terfokus dan terarah.

Monday, April 7, 2014

Pembelajaran Psikomotor



      Menurut Ebel (1972), ada kaitan erat antara tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga berbeda. Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing).  Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.

Pengertian Psikomotor



Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa pelajaran berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjuk pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

Teknik Penilaian



Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, penilaian diri, dan penilaian antar teman yang sesuai dengan  karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

1.  Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/menampilkan/mendemonstrasikan keterampilan.

Prinsip Penilaian



Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain: 

  1. penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi; 
  2. penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran; 
  3. penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan; 
  4. hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan; 
  5. penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran.


Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Hakikat Penilaian



Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. 

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.

Penyusunan Bahan Ajar Cetak



Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/ Gambar, Model/Maket.   Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Prinsip Pengembangan Bahan Ajar



Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:

Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.

Jenis- Jenis Bahan Ajar



Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.  Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti  video compact disk, film.  Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)  seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compac disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Pengertian Bahan Ajar



Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan.  

Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA  pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning.

Mengajar diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif.
 

Pengertian Sumber Belajar



Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa  apa yang mereka gunakan, orang, dan benda tertentu adalah termasuk sumber belajar.  

Sumber belajar dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources are defined as information, represented and stored in a variety of media and formats, that assists student learning as defined by provincial or local curricula. This includes but is not limited to, materials in print, video, and software formats, as well as combinations of these formats intended for use by teachers and students. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/ asleares.htm January 28, 1999.

Sunday, April 6, 2014

STRATEGI MEMPELAJARI MATERI PEMBELAJARAN



Ditinjau dari sisi guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau membelajarkan kepada peserta didik (teaching activity). Sebaliknya, ditinjau dari sisi peserta didik, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran (learning activity).

Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan peserta didik dapat dikelompokkan menjadi menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih. 
Penjelasan dan contoh berikut adalah minimal. Guru dipersilakan melakukan pengembangan disesuaikan dengan metode-metode lebih mutakhir yang dimiliki:

STRATEGI PENYAMPAIAN MATERI PEMBELAJARAN



Secara garis besar, langkah-langkah menyampaikan materi pembelajaran  sangat tergantung kepada jenis materi yang akan disajikan. Langkah-langkah dan strategi yang dijabarkan dalam Panduan ini adalah masih dalam taraf minimal. Pengembangannya diserahkan pada kreativitas guru, sepanjang tidak menyalahi kaidah-kaidah yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. 

1.   Strategi Penyampaian fakta
Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.).
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis  Fakta : 
(a)  Sajikan fakta
(b)  Berikan bantuan untuk materi yang harus dihafal
(c)   Berikan soal-soal mengingat kembali (review)
(d)  Berikan umpan balik
(e)  Berikan tes.

LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN MATERI PEMBELAJARAN



1.   Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di identifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi  dan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif, psikomotor ataukah afektif.
§   Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,  dan penilaian.
§   Ranah Psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin.
§   Ranah Afektif (Sikap) jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi.

CAKUPAN DAN URUTAN MATERI PEMBELAJARAN



1.  Penentuan cakupan materi pembelajaran
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik,  karena ketika sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran maka masing-masing jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.

Selain memperhatikan jenis materi juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran.
Kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta didik.

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN



Dalam pengembangan materi pembelajaran guru harus mampu mengidentifikasi Materi Pembelajaran dengan mempertimbangkan hal-hal dibawah ini:
1.    potensi peserta didik;
2.    relevansi dengan karakteristik daerah,
3.    tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik;
4.    kebermanfaatan bagi peserta didik;
5.    struktur keilmuan;
6.    aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7.    relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
8.    alokasi waktu.

Adapun prinsip-prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan materi pembelajaran adalah kesesuaian (relevansi), keajegan (konsistensi), dan kecukupan (adequacy).

Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi



Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: