1. Penentuan cakupan materi pembelajaran
Dalam menentukan cakupan atau
ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya berupa
aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip,
prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, karena ketika sudah diimplementasikan dalam
proses pembelajaran maka masing-masing jenis uraian materi tersebut memerlukan
strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi
pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya.
Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan seberapa
banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran.
Kedalaman materi menyangkut seberapa detail
konsep-konsep yang terkandung di dalamnya yang harus dipelajari oleh peserta
didik.
Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat
diajarkan di SD, SMP dan SMA, juga di perguruan tinggi, namun keluasan dan
kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin
tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis
yang dipelajari dan semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan
SMP aspek kimia disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA
reaksi-reaksi kimia mulai dipelajari dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari
proses fotosintesis semakin diperdalam.
Kecukupan atau memadainya cakupan materi juga
perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu materi pembelajaran
akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan
kemampuan kepada peserta didik di bidang jual beli, maka uraian materinya
mencakup:
a. penguasaan atas konsep pembelian, penjualan,
laba, dan rugi;
b. rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui
pembelian dan penjualan; c. penerapan/aplikasi rumus menghitung laba dan rugi.
Cakupan atau ruang lingkup
materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan
terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga terjadi kesesuaian
dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Misalnya
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI, salah satu kompetensi dasar
yang harus dicapai peserta didik adalah " Menulis surat
dagang dan surat
kuasa". Setelah diidentifikasi, ternyata materi pembelajaran
untuk mencapai kemampuan tersebut termasuk jenis prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus
dipelajari peserta didik agar mampu membuat Surat Dagang sekurang-kurangnya meliputi:
(1) Jenis surat Niaga, (2) Jenis perjanjian jual beli dan
surat kuasa, (3)Menulis surat
perjanjian jual – beli dan surat kuasa sesuai dengan keperluan , (4) surat perjanjian jual – beli dan surat berdasarkan struktur kalimat dan EYD.
2. Urutan Materi Pembelajaran
Urutan penyajian berguna
untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa urutan yang tepat, jika di
antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta
didik dalam mempelajarinya.
Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Peserta didik akan mengalami kesulitan
mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan belum dipelajari. Peserta didik
akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi perkalian belum
dipelajari.
Materi pembelajaran yang
sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua
pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural dan hierarkis.
a. Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural
menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah
melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah
mengoperasikan peralatan kamera video, cara
menginstalasi program computer dan sebagainya.
Contoh : Urutan Prosedural (tatacara)
Pada mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK),
peserta
didik harus mencapai kompetensi dasar ”Melakukan setting peripheral pada
operating system (OS) komputer”.
Agar peserta didik berhasil mencapainya, harus melakukan
langakah-langkah berurutan mulai dari cara membaca gambar periferal sampai
dengan mengetes keberhasilannya.
b. Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat
berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus
dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Soal cerita tentang Perhitungan Laba Rugi dalam Jual Beli
Agar
peserta didik mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli (Penerapan
rumus/dalil), peserta didik terlebih dahulu harus mempelajari konsep/pengertian
laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (Penguasaan konsep). Setelah itu peserta
didik perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba dan rugi (Penguasaan
dalil). Selanjutnya peserta didik menerapkan dalil atau prinsip jual beli
(Penguasaan penerapan dalil).