Berkaitan
dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa pelajaran berkaitan
dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu
sendiri menunjuk pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau
sekumpulan tugas tertentu.
Menurut
Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks,
gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan
komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respons motor atau gerak tanpa
sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah
pada keterampilan komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi
kemampuan kognitif dan motor atau gerak.
Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan
terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam
olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan gerakan.
Buttler
(1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific
responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding
peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat
didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya
tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor
chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua
keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola,
menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta
didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang
komplek, misalnya bagaimana memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang
sama hasilnya lebih baik.
Dave
(1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat
dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi,
dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan
sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya.
Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat karena pernah
melihat atau memperhatikan hal yang sama sebelumnya. Manipulasi adalah
kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan
pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat
memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang
dibacanya. Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat.
Contoh, peserta didik dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan
target yang diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan
melakukan kegiatan yang komplek dan presisi sehingga produk kerjanya merupakan
sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai
dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat
melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat
serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat naturalisasi
adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang
melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh tanpa
berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan
cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
Untuk
jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah
psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika,
kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang
banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum
di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada
ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan
ranah psikomotor.