Sebenarnya lebih dari 8
(delapan)desain eksperimen yang dapat kita pelajari, namun berikut ini hanya
disampaikan beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam
memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs
Untuk
mendapatkan gambaran yang
agak jelas berikut
ini diuraikan secara singkat ketiga desain eksperimen
tersebut.
1.
Treatment by Levels Designs.
Desain
ini memberikan dasar-dasar
pengamatan stratifikasi yang
lebih baik. Kita sadari
bahwa pada setiap
kelompok/kelas selalu dijumpai adanya siswa
yang masuk kelompok
tinggi dan rendah, ada
anak-anak yang pandai dan
kurang pandai, maka
melalui desain ini stratifikasi itu perlu
mendapat perhatian dalam
menentukan kelompok kontrol
dan eksperimen. Kondisi semacam
ini dalam pelaksanaan
suatu eksperimen perlu
diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk
itu, dalam persiapan
eksperimen, peneliti harus
menentukan dua kelompok yang di
dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang seimbang. Walupun
demikian bukan berarti
bahwa desain ini
sudah terbebas dari kesesatan,
masih juga dapat
terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/guru pelaku
tindakan baik di
kelompok eksperimen atau di
kelompok kontrol. Pengulangan
juga terjadi kalau tidak
diperhatikan kemungkinan pengulangan
metode pada kedua kelompok itu.
Disamping itu, juga
perlu diperhatikan variabel
lain yang dapat berpengaruh
terhadap hasil eksperimen,
maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.
2.
Matched Group Designs
Desain
eksperimen ini merupakan
desain yang paling
banyak digunakan para guru
dalam menguji keampuhan
suatu metode pembelajaran dibandingkan metode
lain. Data untuk
persiapan dengan desain eksperimen ini
dapat diperoleh dari
dokumen atau memberikan
pretest kepada siswa yang
akan dijadikan subyek
penelitian. Persoalan pokok yang
perlu dipikirkan lebih awal pada grup matchingadalah faktor-faktor yang harus
diseimbangkan agar grup-grup
yang mengikuti eksperimen dapat berjalan
pada kondisi eksperimental
tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya
semua faktor yang
dipandang dapatmemengaruhi/mengotori pengaruh
tindakan/treatment harus dimatched/jodohkan sebelumtindakan atau eksperimen
dilakukan. Misalnya prestasi
belajar, dan inteligensi
dipandang akan berpengaruh
pada hasil eksperimen, maka kedua
faktor itu harus di-matched.
Cara
melakukan matching dapat
melakukan dengan menguji
perbedaan grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan analisis
t-test. Bilamana ada
perbedaan antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat
diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya kesamaan.
3.
Matched Subjects Designs
Desain
ini berlandaskan pada
adanya matched subjects
pada dua kelompok yang
dipersiapkan untuk eksperimen.
Pada matched groups, yang
dipakai dasar adalah
menjodohkan kedua kelompok
itu dengan perhitungan seluruh
subyek yang ada pada
tiap kelompok, sedang matched subjects
yang dijodohkan tiap-tiap
subyek pada kelompok yang satu
dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan
dengan system: a)
nominal pairing, b) ordinal piring, atau
c) combined pairing.
Nominal pairing yang
dipasang-pasangkan umpama jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua,
sedang orninal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi
belajar, atau tingkat pendidikan,
Pada pelaksanaannya sangat
tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan
dipakai.
Desain
ini mempunyai kepekaan
(sensitivitas) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan desain
lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh
tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan faktorfaktor lain yang
dapat mencemari hasil eksperimen.