Seperti yang
telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance,
relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan
teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan
beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
Komponen
pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu
berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan
dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti
dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap
percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia
miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai
sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan
tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan
dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau
harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu
keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri
memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik
secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan
berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha
dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin,
penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil,
siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga
dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang
lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri
adalah:
- Membantu
siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa
gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang
terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau
potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah
satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.
Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil
dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para
ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri
menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan
secara luas di sekolah-sekolah.
- Menggunakan
suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan
(misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah
ini tanpa melihat buku).
- Memberi tugas
yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan
siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur
sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan
urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip
Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha
menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
- Memberi
kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu
keterampilan.
Komponen kedua model
pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik
berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan
dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9).
Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat
dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu
kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan
memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang
jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu
untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui
kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka
juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).
Dalam kegiatan
pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:
- Mengemukakan
tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan
yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan
tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
- Mengemukakan
manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk
berbagai aktivitas di masa mendatang.
- Menggunakan
bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman
nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa
yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung
dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi
keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah
kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional,
sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang
sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif
strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan
demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media
pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.
Komponen ketiga
model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan
minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966:
23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller
seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga
harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu,
guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian
dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya
minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa
melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik
sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara
minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran.
Minat/perhatian
merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar
siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga
minat/perhatian siswa antara lain adalah:
- Menggunakan
cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang
berbeda dari biasa dalam pembelajaran.
- Memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran,
misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan,
mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
- Mengadakan
variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip
Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke
lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
- Mengadakan
komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan
simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk
menarik minat/perhatian siswa.
Komponen
keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan
dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam
pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982:
336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi
merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh
siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok;
untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam
belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan
motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa
dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai.
Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan
pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh
guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self
assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap
diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa
untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang
maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki
diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan
evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa
meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa
evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas
inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton
dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi
hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain
adalah:
- Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
- Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
- Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.
Komponen kelima
model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa
bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah
reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai
sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan
kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan
berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang
dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam
kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan
teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang
disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah
berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas
ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain
atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987:
2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan
dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari
orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike
seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: <!--[if gte vml 1]> <![endif]--><!--[if
!vml]-->
<!--[endif]-->merupakan suatu
penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian,
memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi hasil belajar siswa (Hilgard dan Bower, 1975: 561). Untuk itu,
rasa bangga dan puas perlu ditanamkan dan dijaga dalam diri siswa. Beberapa
cara yang dapat dilakukan antara lain :

- Memberi
penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun
non-verbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. Ucapan guru :
“Bagus, kamu telah mengerjakannya dengan baik sekali!”. Menganggukkan kepala
sambil tersenyum sebagai tanda setuju atas jawaban siswa terhadap suatu
pertanyaan, merupakan suatu bentuk penguatan bagi siswa yang telah berhasil
melakukan suatu kegiatan. Ucapan yang tulus dan/atau senyuman guru yang
simpatik menimbulkan rasa bangga pada siswa dan ini akan mendorongnya untuk
melakukan kegiatan lebih baik lagi, dan memperoleh hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
- Memberi
kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan/keterampilan yang baru
diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.
-
Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa
dikenal dan dihargai oleh para guru.
- Memberi
kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami
kesulitan/memerlukan bantuan.
( artikel selanjutnya : Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS )
===============>
( artikel selanjutnya : Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS )
===============>