Upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter
adalah melalui Pendekatan Holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan
karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Berikut ini ciri-ciri
pendekatan holistik (Elkind dan Sweet, 2005).
1. Segala sesuatu di sekolah diatur berdasarkan
perkembangan hubungan antara siswa, guru, dan masyarakat
2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik
yang peduli di mana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan siswa, guru, dan
sekolah
3. Pembelajaran emosional dan sosial setara
dengan pembelajaran akademik
4. Kerjasama dan kolaborasi di antara siswa
menjadi hal yang lebih utama dibandingkan persaingan
5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat,
dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam maupun di
luar kelas
6. Siswa-siswa diberikan banyak kesempatan
untuk mempraktekkan prilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti
pembelajaran memberikan pelayanan
7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus
dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman
8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru
harus ditinggalkan dan beralih ke kelas demokrasi di mana guru dan siswa
berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan memecahkan masalah
Sementara itu peran lembaga
pendidikan atau sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter mencakup
(1) mengumpulkan guru, orangtua dan siswa bersama-sama mengidentifikasi dan
mendefinisikan unsur-unsur karakter yang mereka ingin tekankan, (2) memberikan
pelatihan bagi guru tentang bagaimana mengintegrasikan pendidikan karakter ke
dalam kehidupan dan budaya sekolah, (3) menjalin kerjasama dengan orangtua dan
masyarakat agar siswa dapat mendengar bahwa prilaku karakter itu penting untuk
keberhasilan di sekolah dan di kehidupannya, dan (4) memberikan kesempatan
kepada kepala sekolah, guru, orangtua dan masyarakat untuk menjadi model
prilaku sosial dan moral (US Department
of Education).
Mengacu pada konsep
pendekatan holistik dan dilanjutkan dengan upaya yang dilakukan lembaga
pendidikan, kita perlu meyakini bahwa proses pendidikan karakter tersebut harus
dilakukan secara berkelanjutan (continually)
sehingga nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam pribadi anak tidak hanya
sampai pada tingkatan pendidikan tertentu atau hanya muncul di lingkungan
keluarga atau masyarakat saja. Selain itu praktik-praktik moral yang dibawa
anak tidak terkesan bersifat formalitas, namun benar-benar tertanam dalam jiwa
anak.