Wednesday, August 8, 2018

Tahap-tahap Penulisan


Menulis sebagai suatu aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan secara tertata sehingga dipahami oleh pembaca merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses, aktivitas menulis dilakukan dalam beberapa tahap. Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan (1999: 3) mengemukakan tiga tahap dalam aktivitas menulis, yaitu:
1)      Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis. Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu:


a)      Pemilihan topik
Topik merupakan bahan atau pokok pembicaraan dalam tulisan. Pemilihan topik ini merupakan langkah awal yang penting karena topik inilah yang menentukan apa saja yang akan dibahas dalam tulisan. Topik tulisan dapat diperoleh dari berbagai sumber.  Atar Semi (1990: 11 - 12) mengemukakan empat sumber dalam pemilihan topik, yaitu pengalaman, pengamatan, imajinasi serta pendapat dan keyakinan.
b)     Pembatasan topik
Setelah topik dipilih, topik tersebut perlu dibatasi. Membatasi topik berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan dalam penulisan. Topik dapat dibatasi dengan cara membuat bagan, gambar, serta diagram.
c)      Pemilihan Judul
Topik yang telah dipilih harus dinyatakan dalam judul. Judul harus mencerminkan keseluruhan isi tulisan. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada karangan fiktif. Judul dibuat secara mana suka oleh pengarangnya. Terkadang judul tulisan dalam karangan fiktif sama sekali tidak berhubungan dengan isi tulisan meskipun pada dasarnya, judul yang dipilih pengarang mengandung makna tertentu. Di sini, judul sekadar nama atau semacam label dalam karangan. Diungkapkan oleh Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan (1997: 43) bahwa penulisan judul tulisan nonformal tidak terikat pada aturan-aturan seperti yang berlaku untuk tulisan formal. Penulis bebas merumuskan judul yang dirasa cocok serta menarik pembaca. Meskipun demikian, perumusan judul harus mengacuhkan kaidah-kaidah umum yang berlaku misalnya menyinggung rasa keagamaan, suku, ras, nilai moral serta falsafah.
d)     Tujuan Penulisan Karangan
Tujuan penulisan karangan merupakan arah atau maksud yang hendak dicapai. Tujuan penulisan harus ditentukan lebih dahulu karena tujuan tersebut akan dijadikan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis.
e)      Kerangka Karangan
Kerangka karangan atau sering disebut dengan outline merupakan rencana kerja yang digunakan penulis dalam mengembangkan tulisannya. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-subtopik. Kerangka ini dapat berupa kerangka topik yang terdiri dari topik-topik serta kerangka kalimat yang terdiri dari kalimat-kalimat. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan pada tahap persiapan.
2)      Tahap Penulisan
Pada tahap penulisan, topik-topik yang telah dijabarkan ke dalam sub-sub topik dalam kerangka karangan disusun. Penyusunan tersebut diramu dengan bahan-bahan yang telah didapat. Dalam tahap ini, bahasa sangat diperlukan untuk mengemukakan gagasan. Pada tahap penulisan ini perlu diperhatikan content (isi, gagasan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata) serta mechanics (ejaan). Berbeda dengan karangan ilmiah, dalam karangan fiktif, aspek-aspek tersebut tidak diberlakukan secara ketat.
3)      Tahap Revisi
Tahap revisi dilakukan setelah buram seluruh tulisan telah selesai. Tulisan tersebut perlu dibaca kemudian diperbaiki, dikurangi atau kadang diperluas. Tahap revisi ini juga disebut dengan tahap penyuntingan yang mencakup penyuntingan isi dan penyuntingan bahasa. Penyuntingan isi berkenaan dengan penyuntingan naskah. Adapun penyuntingan bahasa mencakup ketepatan penyajian. Penyuntingan tulisan disesuaikan dengan jenis naskah, berupa fiksi ataukah nonfiksi. Penyuntingan pada tulisan fiksi lebih diarahkan pada prinsip keindahan misalnya kalimat dengan gaya tertentu, gaya tutur yang mengandaikan, klimaks dan antiklimaks, gaya penyampaian yang mendekati gaya tutur lisan dan nonformal, lebih menyentuh rasa daripada pikiran, gaya deskripsi yang lebih berkisah daripada menerangkan dan sebagainya.
Sementara itu, penyuntingan tulisan nonfiksi lebih diarahkan pada prinsip kebenaran. Kalimat-kalimatnya lugas, formal, lebih menyentuh pikiran daripada rasa serta deskripsi yang lebih bersifat menerangkan. Meskipun demikian, tidak berarti tulisan nonfiksi kering dan akademis. Faktor keindahan juga perlu diperhatikan. Oleh karenanya, deskripsi yang jelas, logis, mengalir, serta enak dibaca juga perlu dipertimbangkan dalam menyunting tulisan nonfiksi tersebut.