Setiap kegiatan yang
dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat dijadikan pedoman. Demikian pula
halnya dengan aktivitas menulis. The Liang Gie (2002: 33 – 37) mengemukakan
enam asas menulis – yang disebut dengan asas mengarang – sebagai berikut.
1) Kejelasan (clarity)
Berdasarkan asas ini,
setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang
dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas
berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak
samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak
nyata oleh pembaca. Untuk memenuhi asas ini, H.W. Fowler sebagaimana dikutip
oleh The Liang Gie (2002: 34)
mengungkapkan bahwa asas kejelasan dalam kegiatan
menulis sepanjang menyangkut kata-kata dapat dilaksanakan dengan memilih: (1)
kata yang umum dikenal ketimbang kata yang harus dicari-cari artinya; (2) kata
yang konkret ketimbang kata yang abstrak; (3) kata tunggal ketimbang keterangan
yang panjang lebar; (4) kata yang pendek ketimbang kata yang panjang; (5) kata dalam bahasa sendiri ketimbang kata
asing.
Asas menulis yang
pertama ini berlaku untuk tulisan nonfiksi ilmiah, tetapi tidak berlaku untuk
tulisan fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen, novel, drama maupun puisi,
asas-asas tersebut sengaja dilanggar untuk memperoleh efek keindahan.
2) Keringkasan
(conciseness)
Keringkasan yang
dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek.
Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak
terdapat butir ide yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan
dalam kalimat yang terlalu panjang. Harry Shaw sebagaimana diungkapkan oleh The
Liang Gie (2002: 36) mengungkapkan bahwa penulisan yang baik diperoleh dari
ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide yang miskin
dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan
itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit.
Sebagaimana halnya dengan
asas yang pertama, asas menulis yang kedua tidak berlaku sepenuhnya untuk
tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan kata yang hemat – terlalu
hemat bahkan -- meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya
dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata berlebihan untuk
memperoleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas setting.
3) Ketepatan (correctness)
Asas ketepatan
mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir
gagasan kepada membaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh
penulisnya (The Liang Gie, 2002: 36). Untuk menepati asas ini, penulis harus
memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca
serta kelaziman.
Seperti halnya dua asas
sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi.
Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada
ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat apresiasi yang dimilikinya.
1) Kesatupaduan
(unity)
Berdasar pada asas ini,
segala hal yang disajikan dalam tulisan
tersebut memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan tema. Tulisan
yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang menyimpang serta
tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas yang sering disebut
dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk semua jenis tulisan baik
fiksi maupun nonfiksi.
2) Pertautan (coherence)
Jika pada asas
sebelumnya sebuah tulisan harus memuat satu gagasan pokok, maka berdasar pada
asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan hendaklah berkaitan satu sama
lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang
sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik
jenis fiksi maupun nonfiksi.
3) Penegasan (emphasis)
Asas ini menegaskan
bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini
diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan.
Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun
tulisan nonfiksi juga perlu memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa
bagian fiksi menjadikan tulisan lebih menarik.