Peta
pikiran atau disebut dengan mind
mapping dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an yang didasarkan pada
cara kerja otak. Disebut metode karena peta pikiran ini berupa urutan
langkah-langkah yang sistematis. Otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol,
bentuk-bentuk, suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola
dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak menyimpan
informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang
rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali
dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak
dalam bentuk peta pikiran. Dengan demikian, proses menyajikan dan menangkap
isi pelajaran dalam peta-peta konsep
mendekati operasi alamiah dalam berpikir (Sugiyanto, 2007: 41).
Mind mapping merupakan
salah satu keterampilan paling efektif dalam proses berpikir kreatif. Pemetaan
pikiran mirip dengan outlining
tetapi lebih menarik secara visual dan melibatkan kedua belahan otak (Wycoff,
2003: 64).
Peta
pikiran (Mind mapping) adalah
alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Mind mapping menggapai ke segala arah
dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael Michalko dalam Buzan,
2007: 2). Senada dengan pendapat tersebut, Buzan (2007: 103) mengungkapkan
bahwa mind mapping adalah alat
berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak. Mind mapping memungkinkan otak
menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan
sebagaiman otak dirancang seperti yang secara internal selalu digunakan otak,
dan terhadap mana anda perlu membiasakan diri kembali. Mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi
ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak—mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2007: 4). Mind mapping bisa dibandingkan dengan
peta kota. Bagian tengah mind mapping
sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpentng; jalan-jalan
protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan pikiran-pikiran utama
dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder merupakan
pikiran sekunder (Buzan, 2004: 6).
Buzan
(2007: 15) mengemukakan tujuh langkah untuk membuat mind mapping. Tujuh
langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Mulailah dari bagian tengah kertas
kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari
tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk
mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2)
Gunakan gambar atau foto untuk ide
sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak
menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat otak
tetap terfokus, membantu otak berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
3)
Gunakan warna. Mengapa? Karena
bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind mapping
lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.
4)
Hubungkan cabang-cabang utama ke
gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu
dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak
senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Bila cabang-cabang
dihubungkan akan lebih mudah dimengerti dan diingat.
5)
Buatlah garis hubung yang
melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan
otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang pohon
jauh lebih menarik bagi mata.
6)
Gunakan satu kata kunci untuk
setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan
fleksibilitas kepada mind mapping.
7)
Gunakan gambar. Mengapa? Karena
seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribu kata.