Metode adalah cara kerja yang teratur dan
bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai
maksud yg ditentukan; ;(Dedy Sugono, 2008:1022)
Di dalam proses belajar mengajar
tercakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode pengajaran yang dikembangkan
dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar
adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dan tujuan tersebut utamanya
adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu
mata pelajaran maupun pendidikan
pada umumnya. Jika guru terlibat di
dalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkannya maka yang berperan
sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang
belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar
tujuan khusus maupun umum
proses belajar itu tercapai(AL Krismanto, 2003:2).
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi; laboratorium; pengalaman lapangan;
brainstorming; debat, simposium, dan sebagainya(Akhmad Sudrajat,2008:16)
Dalam penelitian ini yang dimaksud metode adalah metode pembelajaran
yaitu cara kerja yang teratur dan
bersistem mencakup komponen, pendekatan, dan berbagai metode pengajaran yang
dikembangkan untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai
maksud yg ditentukan yaitu hasil belajar yang baik.
Tutor adalah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau
sejumlah kecil siswa (di rumah, bukan di sekolah); 2 dosen yg membimbing
sejumlah mahasiswa dalam pelajarannya;(Dedy Sugono, 2008:1022).
Tutor adalah orang yang membelajarkan atau orang yang memfasilitasi
proses pembelajaran di kelompok belajar ;(Chairudin Samosir, 2006:15).
Pengertian tutor banyak dikemukakan oleh ahli pendidikan, seperti
yang dikemukakan oleh Nasution (1992:4) (dalam Abi Masiku (2003:9)) bahwa tutor
adalah orang yang membantu murid secara individual.
Hamalik (1991:73) (dalam Abi Masiku (2003:10)) mengemukakan bahwa
tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan,
bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efisien dan efektif
dalam belajar. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan
tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau pengajar,
pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan ditugaskan guru
untuk membantu teman-temannya dalam belajar di kelas.
Pengajaran tutoring merupakan pengajaran melalui kelompok yang
terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau boleh jadi
seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu
dapat menjadi tutor (Winkel, 1996:401).
Secara singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan tutorial atau tutoring, sedangkan tutorial atau tutoring adalah
bimbingan yang dapat berupa bantuan, petunjuk, arahan ataupun motivasi baik
secara individu maupun kelompok dengan tujuan agar siswa dapat lebih efisien
dan efektif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan
pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional Jakarta (Tim Perumus, 2008:150) dijelaskan bahwa baya adalah umur, berumur atau tua, sedang sebaya adalah sama umurnya
(tuanya), atau hampir sama (kekayaannya, kepandaiannya, dsb), seimbang atau sejajar
Pengertian lain sebaya menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah
hampir sama;(Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, 1994:367)
Dalam kamus konseling (Sudarsono,1997:31), teman sebaya berarti
teman - teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok prapuberteit
yang mempunyai sifat- sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis.
Menurut Ali (2004:99) Kelompok teman sebaya memegang peranan penting
dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai
anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh
karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku kelompok
sebayanya.
Interaksi antara kawan membuka mata anak terhadap pola tingkah laku
yang berlaku dalam kebudayaan tertentu, yang sering dilakukan. Dengan demikian,
interaksi ini cenderung untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang
dipakai untuk pergaulan yang berlaku. Interaksi antara kawan itu menyebakan
tersedianya contoh yang lebih representatif tentang apa yang boleh dilakukan
dalam kebudayaan itu dibanding dengan yang tersedia di rumah. (Muntasir:
1985:83 (dalam Sarmawati 2002)(WWW.Wahana Pendidikan Indonesia.Blogspot.com,
Selasa, 30 Maret 2010).
Menurut Suryo dan Amin (1984:51), bantuan yang diberikan teman-teman
sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Peran teman sebaya
dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat,
karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya.
Dalam satu kelas selisih usia antara siswa satu dengan siswa yang
lain tentu relative kecil atau hampir sama, sehingga dalam satu kelas terdapat
kelompok teman sebaya yang saling berinteraksi antara siswa satu dengan yang
lain sehingga akan terbentuk pola tingkah laku yang dipakai dalam pergaulan
mereka. Dalam interaksi tersebut tidak menutup kemungkinan antar siswa satu
dengan siswa yang lain saling membantu dan membutuhkan dalam pembelajaran untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada
siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur,
kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga
anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya”
yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman
sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman
sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman
sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga
diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya(Suherman, 2003:277).
Menurut Ischak dan Warji dalam Suherman (2003:276) berpendapat bahwa
tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan
pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Suryo dan Amin (1984:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah
seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu
siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar.
Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan
sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dalam model
pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan
hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya
sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban
yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan
perannya, bergaul dengan orang– orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman.
Percobaan menggunakan siswa sebagai guru atau
tutor sebaya telah berlangsung di
negara lain yang sudah maju dan telah menunjukkan keberhasilan. Dasar pemikiran tentang tutor sebaya
adalah siswa yang pandai memberikan
bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman
sekelasnya di sekolah atau di luar sekolah
/ di luar jam mata pelajaran (Semiawan, 1985:70).