Wednesday, September 5, 2012

Model Pembejaran “ Numbered Head Together”


Eggen dan Kautcak  dalam Trianto (2007 : 42)  pembelajaran kooperatif merupakan sebuah sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan  dan membuat keputusan  dalam kelompok  serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
             Trianto (2007 : 44) mengatakan bahawa para ahli telah menunjukkan  bahwa pembelaaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kebiasaan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif  dapat memberikan keuntungan bagi siswa kelompok rendah maupun kelompok atas yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik.  Keterampilan social juga berkembang  secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif (Ibrahim dkk 2000 : 9).

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, teradapat beberapa  variasi dari model tersebut. Setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu STAD (Student Teams Achievement Division),  JIGSAW, Investigasi kelompok (Teams Games Tournament atau TGT) dan pendekatan structural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).
Menurut Rahmadi Widdiharto  (2004 : 18) Numbered Head Together (NHT) merupakan kegiatan belajar kooperatif dengan empat tahap kegiatan.
Pertama, siswa dikelompokka menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdari atas 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi nomor 1, 2, 3 dan 4.
Kedua, guru menyampaikan pertanyaan. Ketiga, guru memberi tahu siswa untuk “ meletakkan kepala mereka bersama “  untuk meyakinkan bahwa setiap anggota tim memahami jawaban tim. Keempat, guru menyebut siswa nomor 1, 2, 3 atau 4 dan kemudian siswa yang bersangkutan harus menjawab.
Setiap tim terdiri atas 1 orang berkemampuan tinggi, 2 orang berkemampuan sedang dan 1 orang berkemampuan rendah. Di sini ketergantungan positif dikembangkan. Siswa yang berkemampuan tinggi membantu yang berkemampuan rendah, meskipun mereka mungkin tidak ditunjuk oleh guru.
Menurut  Trianto (2004 : 63) ada 4 fase sanagai sintaks Numbered Head Together (NHT).
Fase  1      : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3 – 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Fase 2       : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa dengan pertanyaan yang bervariasi.
Fase  3       : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapat terhadap pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota  dalam timnya mengetahui jawaban tim
Fase  4      : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Langkah-langkah :
1.      Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.      Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.      Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya
4.      Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan peserta didik yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama diskusi kelompoknya.
5.      Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, dst
6.      Kesimpulan
(Depdiknas  : 2008)