Friday, May 17, 2013

Kompetensi Sosiokultural


Salah satu batasan tentang kompetensi sosio kultural adalah seperti yang saya kutip dari http://www.apa.org/pi/oema/guide.html:
A person is culturally competent must demonstrate not only knowledge and attitudes about ‘other groups’, but also about their  dominant or majority culture, and about their own personal and professional culture. Most importantly, a culturally competent person must also be able to demonstrate specific cultural competencies, including skills, knowledge and attitudes.
8
 
     Menurut kutipan di atas, seseorang dikatakan memiliki kompetensi kultural haruslah dapat memperlihatkan pengetahuan serta tingkah laku kelompok masyarakat lain serta kultur yang dominan, dan juga tentang kultur pribadi dan profesionalnya. Yang paling penting, seseorang yang memiliki kompetensi kultural harus dapat memperlihatkan kompetensi kulturnya secara khusus, yang menyangkut keterampilan, pengetahuan serta tingkah lakunya. Sedangkan Brown (2000:176) menyatakan bahwa kultur atau budaya adalah cara hidup. Dikatakan juga bahwa kultur atau budaya adalah konteks di mana kita ada, berpikir, merasakan, dan berhubungan dengan orang lain. Budaya merupakan lem yang mengikat sekelompok masyarakat. Jadi kompetensi sosio kultural adalah kemampuan seseorang menunjukkan cara hidup, berpikir, merasakan dan bagaimana berhubungan dengan orang lain dengan menggunakan budaya orang yang menggunakan bahasa itu.
Stephen Dahl dalam Kameo (2000:1) mendefinisikan kultur atau budaya adalah kepercayaan dan asumsi dasar, juga tingkah laku yang muncul dari sekelompok masyarakat. Kultur atau budaya adalah cara sekelompok orang menerima kenyataan. Bila dikaitkan dengan kompetensi sosio kultural, maka kompetensi ini mengharapkan seseorang untuk dapat memahami kepercayaan, asumsi dasar serta tingkah laku yang muncul pada masyarakat yang menggunakan bahasa Inggris.
Konsep-konsep kultur atau budaya untuk membedakan kultur satu dan yang lain ada banyak. Dalam penelitian ini, siswa hanya akan ditingkatkan kompetensi sosio kultural yang masih terbatas dalam lima konsep penting seperti yang disampaikan oleh Kameo (2000:3-7)     berikut ini:
a.       Persepsi
Bagaimana kita memahami  dunia tergantung pada pengalaman kita. Kita memahami dunia bukan saja bagaimana dunia itu tetapi seperti apa menurut anggapan kita. Persepsi akan sesuatu berbeda dari satu orang ke orang lain. Jadi apa yang kita lihat, dengar, bau serta rasakan mungkin tidak sama dengan apa yang dirasakan oleh orang dengan lain budaya. Persepsi orang terhadap buah durian, misalnya mungkin berbeda antara orang Indonesia dan orang barat. Jadi pada konsep ini siswa akan diajak untuk memahami persepsi atas sesuatu sesuai dengan budaya penutur asli bahasa Inggris. Siswa akan diberi tugas bagaimana perbedaan persepsi mereka atas sesuatu dengan orang yang mempunyai kultur bahasa Inggris.
b.      Nilai atau value
Nilai tampak pada tingkah laku. Ketika nilai dua kultur atau budaya berbeda, cara orang-orang tadi dalam berpikir, bertingkah laku dan berkomunikasi akan berbeda pula. Bahkan orang yang memiliki budaya samapun tingkatan nilai itu bisa berbeda. Berikut ini adalah nilai-nilai yang akan dianalisa oleh siswa dalam penelitian tindakan kelas saya untuk meningkatkan kompetensi sosio kultural budaya dalam bahasa Inggris.
Tabel 2.1
Nilai-nilai Analisis Siswa
Fate or destiny
Personal control over the environment
Hierarchy, rank and status
Equality and egalitarian
Group orientation
Individualism
Being orientation
Action and work orientation
Formality
Informality
Indirectness and saving face
Directness, opennes and honesty
Spiritualism
Materialism
Past orientation
Futur orientation
Tradition
Change

c.       Waktu
Pengahargaan terhadap waktu dari berbagai macam budaya berbeda. Beberapa orang melihat waktu itu berputar, sementara orang lain melihatnya linear, bergulir dalam sebuah garis lurus. Kultur juga membedakan orientasi orang terhadap waktu. Suatu budaya mungkin beroientasi pada masa silam, masa kini atau masa depan. Orientasi terhadap waktu ini mempengaruhi betapa mudahnya wajah budaya berubah. Beberapa orang memandang perubahan itu positif dan diinginkan, sementara orang lain tidak. Orang Amerika menganggap waktu itu berharga, sehingga dapat dihemat, dibuang atau hilang. Sementara orang Indonesia sebagian besar menganggap waktu itu elastis seperti karet. Jadwal tidak selalu ditepati secara ketat. Konsep waktu ini juga merupakan salah satu aspek yang akan dipelajari siswa dalam film yang akan mereka analisa.
d.      Jarak
Penggunaan jarak tidak sama antara budaya satu dengan budaya lain. Jarak di sini meliputi jarak satu rumah ke rumah orang lain, jarak orang berbicara ketika bertatap muka. Jarak dua orang java yang sedang berbicara bervariasi menurut tingkatan sosial mereka. Dua orang yang memiliki tingkat sosial yang jauh, mereka berbicara dalam jarak yang relatif lebih jauh daripada orang yang berstatus sosial sama. Demikian pula dengan kedekatan hubungan seseorang mempengaruhi jarak mereka berbicara. Konsep jarak ini juga akan dianalisa siswa dalam penelitian tindakan ini.
e.       Tingkah laku non verbal
Tingkah laku non verbal adalah komunikasi diam. Hal ini berhubungan dengan bagaimana orang berkomunikasi tidak dengan menggunakan kata-kata. Termasuk di dalamnya adalah tanda, bahasa tubuh, simbol-simbol, ekspresi wajah, penampilan, postur, kontak mata, dan tingkat kontak tubuh satu orang ke orang lain.
Kelima konsep budaya tadi akan dilihat siswa dalam film-film yang akan mereka lihat dalam proyek yang saya berikan untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini.