Tuesday, April 8, 2014

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN AFEKTIF



A.  Pengukuran Ranah Afektif

Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional   yang secara langsung mengikuti definisi konseptual.

Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.


Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan. 


B.  Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif

Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
1.               menentukan spesifikasi instrumen.
2.               menulis instrumen.
3.               menentukan skala instrumen
4.               menentukan pedoman penskoran
5.               menelaah  instrumen
6.               merakit instrumen.
7.               melakukan ujicoba.
8.               menganalisis hasil ujicoba
9.               memperbaiki instrumen.
10.             melaksanakan pengukuran.
11.             menafsirkan hasil pengukuran 

Cukup banyak ranah afektif yang  penting untuk dinilai. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemampuan pendidik untuk melakukan penilaian. Untuk itu pada tahap awal dicari komponen afektif yang bisa dinilai oleh pendidik dan  pada tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif lain untuk dinilai.

Jenis instrumen yang dikembangkan dibatasi sesuai dengan ranah afektif yang penting di kelas, agar pendidik dan para pengelola pendidikan dapat mengembangkannya. Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik. Pengembangan instrumen afektif dilakukan melalui langkah berikut.
1.     Menentukan definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur.
2.     Menentukan definisi operasional
3.     Menentukan indikator 
4.     Menulis instrumen.

Instrumen yang dibuat harus ditelaah oleh teman sejawat untuk mengetahui keterbacaan, substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang digunakan. Hasil telaah digunakan untuk memperbaiki instrumen. Selanjutnya instrumen tersebut di ujicoba di lapangan. Hasil ujicoba akan menghasilkan informasi yang berupa variasi jawaban, indeks beda, dan indeks keandalan instrumen. Hasil ujicoba digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hal yang penting pada instrumen afektif adalah besarnya indeks keandalan instrumen yang dikatakan baik adalah minimal 0,70.

Penafsiran hasil pengukuran menggunakan dua kategori yaitu positif atau negatif. Positif berarti minat peserta didik tinggi atau sikap peserta didik terhadap suatu objek baik, sedang negatif berarti minat peserta didik rendah  atau sikap peserta didik terhadap objek kurang. Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk mengukur  ranah afektif yang lain.