A. Pengukuran Ranah Afektif
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola
pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah.
Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan
validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi
konseptual.
Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur
ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan
metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat
dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi
psikologi. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif
seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam
mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi
dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan
saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan
seseorang ditentukan oleh watak dirinya dan kondisi lingkungan.
B. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah yang harus diikuti dalam
mengembangkan instrumen penilaian afektif, yaitu:
1.
menentukan spesifikasi instrumen.
2.
menulis instrumen.
3.
menentukan skala instrumen
4.
menentukan pedoman penskoran
5.
menelaah
instrumen
6.
merakit instrumen.
7.
melakukan ujicoba.
8.
menganalisis hasil ujicoba
9.
memperbaiki instrumen.
10.
melaksanakan pengukuran.
11.
menafsirkan hasil pengukuran
Cukup
banyak ranah afektif yang penting untuk
dinilai. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemampuan pendidik untuk
melakukan penilaian. Untuk itu pada tahap awal dicari komponen afektif yang
bisa dinilai oleh pendidik dan pada
tahun berikutnya bisa ditambah ranah afektif lain untuk dinilai.
Jenis
instrumen yang dikembangkan dibatasi sesuai dengan ranah afektif yang penting
di kelas, agar pendidik dan para pengelola pendidikan dapat mengembangkannya.
Ranah afektif yang penting dikembangkan adalah sikap dan minat peserta didik.
Pengembangan instrumen afektif dilakukan melalui langkah berikut.
1.
Menentukan definisi konseptual atau
konstruk yang akan diukur.
2.
Menentukan definisi operasional
3.
Menentukan indikator
4.
Menulis instrumen.
Instrumen
yang dibuat harus ditelaah oleh teman sejawat untuk mengetahui keterbacaan,
substansi yang ditanyakan, dan bahasa yang digunakan. Hasil telaah digunakan untuk
memperbaiki instrumen. Selanjutnya instrumen tersebut di ujicoba di lapangan.
Hasil ujicoba akan menghasilkan informasi yang berupa variasi jawaban, indeks
beda, dan indeks keandalan instrumen. Hasil ujicoba digunakan untuk memperbaiki
instrumen. Hal yang penting pada instrumen afektif adalah besarnya indeks
keandalan instrumen yang dikatakan baik adalah minimal 0,70.
Penafsiran
hasil pengukuran menggunakan dua kategori yaitu positif atau negatif. Positif
berarti minat peserta didik tinggi atau sikap peserta didik terhadap suatu
objek baik, sedang negatif berarti minat peserta didik rendah atau sikap peserta didik terhadap objek kurang.
Demikian juga untuk instrumen yang direncanakan untuk mengukur ranah afektif yang lain.