Bagaimana kalau
hasil eksperimen ternyata
menolak hipotesis kerja?
Perlu dikaji
secara hati-hati dengan menggunakan dasar
berpikir ilmiah/logika. Coba
marilah kita diperhatikan beberapa asumsi berikut untuk
direnungkan:
1) Dasar
penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta temuan ilmiah
yang relevan? Jawabannya
sudah, kalau sudah
kita ke alur berikutnya.
2) Bilamana riset
itu merupakan penelitian
eksperimen, apakah persiapan eksperimen sudah dilakukan secara
ilmiah menurut dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang
menyangkut penetapan kedua kelompok
kontrol dan eksperimen),
maupun penetapan pelaksana eksperimen. Kalau sudah, marilah ke
pertanyaan berikutnya.
3) Kalau demikian,
apakah kondisi-kondisi pada
kedua kelompok eksperimen tersebut
sudah diperhatikan dengan
baik dan seimbang?
Jawabannya sudah, waktu
masuk sekolah, lingkungan
kelas, peralatan/alat peraga
serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen lain yang terkait. Kalau
demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
4) Penyebabnya ada
kemungkinan peneliti kurang
memperhatikan adanya kesesatan tidak
konstan yang ditimbulkan
dari berbagai aspek, misalnya adanya siswa yang sering mengganggu salah satu kelompok
eksperimen, atau adanya tindakan
guru pelaksana eksperimen/kontrol yang
kurang serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun siswa yang
memiliki dasar kuat yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
dieksperimenkan.
Misalnya
pelajaran matematika, di
suatu kelas terhimpun
siswa yang IQnya bagus-bagus dan
tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini jawabannya tidak dan
masalah itu sudah
diperhatikan serta sudah dilaksanakan guru
pelaku eksperimen/peneliti, maka
peneliti perlu mengajukan
pertanyaan berikutnya.
5) Kemungkinan peneliti
waktu menyusun alat
evaluasi belajar hasil eksperimen tidak
memperhatikan tingkat validitas
dan reliabilitasnya. Artinya ketepatan
dan ketelitian alat
evaluasinya tidak terpenuhi, atau tingkat
keterandalannya belum diperhatikan,
belum mencakup seluruh materi pelajaran.
Atau, waktu pelaksanaan
evaluasi/tes akhir tidak dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada
salah satukelas mendapatkan bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya juga tidak,maka lanjutkan ke pertanyaan
yang ke-6.
6) Jika demikian
ada kemungkinan cara
analisis datanya tidak
tepat, tidak mengikuti teknik
analisis statistik eksperimen
sesuai dengan pola
yang digunakan. Mulai koreksi
hasil post test/evaluasi
akhir, tabulasi sampai penggunaan pada
analisis dengan teknik
statistiknya harus benar, kesalahan tanda
koma saja dapat
mengakibatkan dari ada
perbedaan menjadi tidak ada
atau sebaliknya. Bilamana
hal ini juga sudah dilakasanakan dengan
statistik dan prosedur
analisis yang tepat dan hati-hati oleh peneliti. maka
tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi terakhir.
7) Kalau
keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati dan juga tidak
melakukan penyimpangan, maka
kemungkinan terakhir yaitu adanya kesesatan
konstan yang tidak mungkin
peneliti mampu untuk mengatasi/ menghilangkan, tetapi
peneliti juga tidak mencoba mengurangi kesesatan ini
Kondisi itu misalnya,
pada salah satu kelompok
sebagian besar siswa pada
sore hari mengikuti
les tambahan, banyak
dibimbing saudara/orang
tuanya pada malam
hari, budaya disiplin
belajar telah tertanam pada
sebagian siswa, alat/media belajar lengkap atau sebaliknya pada kelompok lain
banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar.
Untuk
itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti mampu memberi alasan/bahasan yang
logis dan argumentasi
yang jelas, dan
kuat maka hasil penelitian
tersebut tetap dapat diajukan dan
bahkan mungkin mempunyai
nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan untuk kenaikan jabatan/ pangkat pengembangan
profesi. Justru kalau
hasil penelitian menolak, hipotesisnya dibangun dengan
mempunyai dasar kuat dan data lapangan yang dihasilkan secara
faktual memang mendukung
adanya, maka akan
dapat menumbuhkan pemikiran baru,
konsep baru yang
dapat mengarah ke pembentukan teori
baru kalau penelitian
lanjutan untuk memperkuat
hasil penelitian tersebut dilakukan. Akibatnya, diperolehnya konsep
baru, preposisi baru akan dapat
mengembangkan teori baru
dan meninggalkan teori
lama.
Memang jarang
dijumpai adanya peneliti
yang demikian atau
peneliti tidak berani menyampaikan
hasil penelitiannya bilamana
hasil analisis tidak menerima hipotesis
kerjanya, karena peneliti
belum mampu memberikan alasan yang mendasar atas
ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah memahami
bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan eksperimen, melaksanakan serta
faktor apa yang harus dikendalikan agar tidak mengganggu hasil eksperimen,
perlu mempelajari beberapa jenis eksperimenmana yang paling sesuai bagi guru
yang akan mencobametode pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar
siswa.