Teknologi itu pada dasarnya merupakan pengetahuan yang menjawab pertanyaan tentang bagaimana (“know how”). Dengan memanfaatkan teknologi, pekerjaan atau tugas dapat dilaksanakan secara efisien. Salah satu contoh aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran adalah seorang guru yang telah melaksanakan pembaharuan terhadap “know how” dalam membelajarkan para siswanya sehingga terjadi efisiensi. Berikut ini disajikan contoh tentang penerapan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.
Seorang guru memperkenalkan metode
pembelajaran yang menekankan pengembangan kemampuan/keterampilan bertanya di
kalangan para siswa sebagai ganti dari
metode ceramah. Manakala kemampuan/keterampilan bertanya telah tumbuh dan
berkembang di kalangan para siswanya, berarti sang guru telah berhasil menerapkan
teknologi dalam kegiatan pembelajarannya. Atau, sang guru telah melakukan suatu
pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran.
Seorang guru berinisiatif melakukan
pembaharuan di bidang metode pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar
para siswanya. Dalam kaitan ini, guru dapat saja mempersiapkan beberapa kasus
misalnya untuk didiskusikan para siswa secara berkelompok. Para siswa digugah
untuk mencari berbagai sumber atau referensi yang akan dijadikan sebagai acuan
proposisi yang akan dikemukakan dalam diskusi kelompok. Setelah diskusi
kelompok berakhir, maka kepada setiap kelompok diberikan waktu untuk menyajikan
hasil kerja kelompoknya di depan semua siswa untuk mendapatkan tanggapan,
pendapat, atau sanggahan. Pada akhirnya, guru menyampaikan hal-hal penting
sebagai inti dari kegiatan pembelajaran.
Dalam konteks tersebut di atas, guru tidak lagi harus sepenuhnya berceramah
selama jam pelajaran yang berlangsung. Tetapi guru lebih cenderung berfungsi
sebagai fasilitator yang memfasilitasi terjadinya kegiatan pembelajaran yang
efektif dan efisien. Para siswa juga dikondisikan untuk berlatih
mencari/menggali sendiri berbagai informasi yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang dibahas atau didiskusikan. Di samping itu, para siswa juga
dikondisikan untuk berlatih mengemukakan pendapatnya terhadap suatu kasus atau
pemikiran yang disampaikan guru. Dalam kegiatan pembelajaran yang demikian ini,
sang guru telah berinisiatif untuk melakukan pembaharuan khususnya di bidang
metode pembelajaran.
Pemahaman lain mengenai teknologi dalam konteks pembelajaran di kelas
adalah sebagai alat atau sarana (Haddad, 2005) yang digunakan untuk melakukan
perbaikan/penyempurnaan kegiatan pembelajaran sehingga para siswa menjadi lebih otonom dan kritis dalam
menghadapi masalah, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil
kegiatan belajar siswa (Karsenti, 2005). Teknologi dapat dan benar-benar
membantu siswa mengembangkan semua jenis keterampilan, mulai dari tingkat yang
sangat mendasar sampai dengan tingkat keterampilan berpikir kritis yang lebih
tinggi (MacKinnon, 2005).
TIK selalu terdiri dari hardware dan software. Hardware atau perangkat keras adalah segala sesuatu peralatan teknologi yang berupa fisik. Cirinya yang paling mudah adalah terlihat dan bisa disentuh. Sedangkan software atau perangkat lunak adalah sistem yang dapat menjalankan atau yang berjalan dalam perangkat keras tersebut. Software dapat berupa operating system (OS), aplikasi, ataupun konten.
Kenyataan
mengindikasikan bahwa apabila dimanfaatkan secara efektif, “pendayagunaan TIK dapat
mendukung keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan cara melibatkan (engaging) siswa melaksanakan tugas-tugas
yang autentik dan kompleks dalam konteks belajar kolaboratif” (Means, Blando,
Olson, Middleton, Morocco, Remz & Zorfass, 1993). Selanjutnya, Soledad
MacKinnon mengemukakan bahwa hanya sebagian kecil aplikasi teknologi (misalnya:
drill, latihan, tutorial) yang
berkaitan dengan pembelajaran yang terarah (directed
instruction); sebagian besar lainnya (misalnya: pemecahan masalah, aplikasi
multimedia, telekommunikasi) dapat meningkatkan tidak hanya pembelajaran yang
terarah tetapi juga lingkungan yang konstruktif tergantung pada bagaimana para
guru mengintegrasikannya ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Secara sederhana
dapatlah dikemukakan bahwa pada umumnya fasilitas/peralatan TIK dimanfaatkan
untuk kegiatan pembelajaran karena potensinya antara lain yang dapat:
a. membuat
konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah;
b. membawa
obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, seperti:
binatang-binatang buas, atau penguin dari kutub selatan;
c. menampilkan
obyek yang terlalu besar, seperti pasar, candi borobudur;
d. menampilkan
obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti: mikro organisme;
e. mengamati
gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow
motion atau time-lapse photograhy;
f. memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungannya;
g. memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa;
h. membangkitkan
motivasi belajar siswa;
i. menyajikan
informasi belajar secara konsisten, akurat,
berkualitas dan dapat diulang penggunaannya atau disimpan sesuai dengan kebutuhan; atau
j. menyajikan
pesan atau informasi belajar secara serempak untuk lingkup sasaran yang
sedikit/kecil atau banyak/luas, mengatasi batasan waktu (kapan saja) maupun
ruang di mana saja).
TIK
memiliki potensi yang sangat besar dalam membantu peningkatan efektivitas
pembelajaran berdasarkan referensi penelitian yang dirujuk Ade Kusnandar.
Potensi TIK yang dimaksudkan dikemukakan sebagai berikut:
a. 10% informasi diperoleh
dengan cara membaca (teks).
b.
20% informasi diperoleh dengan cara mendengar (suara).
c.
30% informasi diperoleh dengan cara melihat
(grafis/foto).
d.
50% informasi diperoleh dengan cara melihat dan mendengar (video/animasi).
e. 80% informasi diperoleh dengan
cara berbicara.
f.
80% informasi diperoleh dengan cara berbicara
dan melakukan (interaktif).