Thursday, May 16, 2013

Persepsi Individual



Individu-individu dalam organisasi mengambil keputusan. Yaitu, mereka membuat pilihan dari antara dua alternatif atau lebih. Manajer puncak, misalnya, menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa apa yang akan ditawarkan, bagaimana yang terbaik dalam mengorganisasi kantor pusat korporasi, atau dimana menempatkan pabrik menufaktur yang baru. Manajer menengah dan tingkat lebih bawah menentukan jadwal produksi, memilih karyawan baru, dam memutuskan bagaimana kenaikan upah itu akan dibagi. Tentu saja, mengambil keputusan bukanlah urusan manajer saja. Karyawan nonmenajerial juga mengambil keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka dan organisasi untuk mana mereka bekerja. Keputusan yang lebih jelas mungkin mencakup apakah masuk kerja atau tidak pada suatu hari tertentu, berapa banyak upaya untuk mengemukakan ide-ide di tempat kerja, dan apakah mematuhi permintaan atasan. Di samping itu, makin banyak organisasi akhir-akhir ini yang telah memberi kuasa kepada karyawan nonmanajerial dengan kewenangan pengambilan-keputusan yang dikaitkan dengan pekerjaan yang secara historis dicadangkan hanya untuk para manajer. Olek karena itu, pengambilan keputusan individual merupakan suatu bagian penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu-individu dalam organisasi mengambil keputusan, dan kualitas dari pilihan terakhir mereka, sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi- persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah [problem]. Terdapat suatu penyimpangan antara sesutau keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah-arah tindakan alternatif. Jadi jika mobil Anda rusak dan Anda mengandalkannya untuk pergi ke sekolah, Anda mempunyai suatu masalah yang menuntut suatu keputusan di pihak Anda. Sayang, kebanyakan masalah tidak muncul terkemas dengan rapi dengan suatu etiket yang berbunyi “problem” yang diperagakan dengan jelas pada masalah-masalah itu. Masalah dari satu orang merupakan keadaan yang memuaskan dari seorang lain. Seorang manajer mungkin memandang kemerosotan sebanyak 2 persen penjualan kuartalan dari divisinya sebagai suatu masalah yang serius yang menuntut tindakan mendesak dari pihaknya. Kontras dengan itu, padanannya dalam suatu divisi lain dari perusahaan yang sama, yang juga menghadapi penurunan penjualan sebanyak 2 persen, dapat menganggap hal itu sebagai sangat memuaskan. Jadi kesadaran akan adanya suatu masalah dan suatu keputusan perlu diambil  adalah suatu isyu perceptual.
Lagi pula, semua keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Lazimnya data diterima dari berbagai sumber dan data itu perlu ditapis, diproses, dan ditafsirkan. Data manakah, misalnya, relevan dengan keputusan dan mana yang tidak? Persepsi-persepsi dari pengambil keputusan akan menjawab pertanyaan ini. Akan dikembangkan alternatif-alternatif  serta kekuatan dan kelemahan dari tiap alternatif perlu dievaluasi. Sekali lagi, karena alternatif-alternatif tidak muncul dengan bendera merah yang mengidentifikasi mereka sebagai alternative, atau dengan kekuatan dan kelemahannya ditandai dengan jelas, proses perceptual dari pengambilan keputusan individual akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.