Sunday, June 9, 2013

Metode discovery inquiry



Menurut  Herman J. Waluyo (2006:12) bahwa prinsip metode discovery dapat dijelaskan sebagai sebuah prosedur mengajar yang menekankan pada belajar perseorangan. Adapun prinsip discovery sebagai sebuah metode yaitu:
1)      proses pelajaran pindah bergerak dari suatu prasangka ke tingkat analisis terhadap segala sesuatu dan kemudian langsung meloncat ke pengetahuan yang mendasar dan kuat, yaitu dibuktikan dalam bentuk dokumen.
2)      kelas berfungsi sebagai suatu laboratorium mini dan fenomena dalam masyarakat menjadi suatu laboratorium besar yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan memperoleh temuan.
3)      anak-anak belajar dari hasil pengamatan mereka dan segala sesuatu yang dialami.
4)      anak-anak menemukan hubungan dan membuat generalisasi secara individual.

Metode discovery menuntut penangguhan verbalisme atau penjelasan-penjelasan verbal yang dilontarkan guru tentang penemuan penting sampai siswa sadar akan suatu konsep. Metode discovery merupakan bagian dari suatu praktik pendidikan yang lebih besar, yang sering disebut pengajaran yang heuristic, atau sejenis pengajaran yang mencakup metode-metode yang direncanakan untuk memajukan cara belajar yang aktif, yang berorientasi pada proses, diarahkan sendiri, menekankan temuan dari siswa, dan reflektif.
Discovery inquiry itu sebenarnya dalam pengertian terpisah, namun tidak bisa dipisahkan karena dalam penerapannya harus senantiasa berdampingan bergandengan makna. Discovery merupakan metode penemuan, sedangkan inquiry adalah pemecahan masalah. Menurut pandangan Jerome Bruner dalam Herman J.Waluyo (2006:13) bahwa metode discovery semakin efektif apabila di dalamnya difokuskan suatu pemecahan masalah. Pemecahan melalui discovery atau penemuan ini mengembangkan daya berinquiry atau pemecahan masalah yang merupakan dasar dari segala tugas yang amat bermanfaat bagi kehidupan.
Dikatakan pula bahwa banyak guru mengharapkan akan dapat menyederhanakan dan menjelaskan lebih rinci tentang metode discovery atau penemuan ini, tetapi dalam riset yang telah dilakukan oleh para ahli, ditemui hal-hal yang membingungkan tentang metode ini, antara lain sebagai berikut:
1)      penemuan sering dipakai berganti-ganti dengan inquiry dan pemecahan masalah.
2)      beberapa ahli melihat perbedaan yang cukup nyata antara penemuan atau discovery dengan inquiry.
3)      ahli lain melihat discovery sebagai bagian dari inquiry.
4)      ahli yang lain lagi memandang inquiry sebagai bagian dari discovery.
5)      ahli lain menulis tentang model heuristic sebagai mencakup discovery dan inquiry.
Secara ringkas, walaupun metode ini sering dihubungkan dengan kebingungan-kebingungan, tetapi metode ini pantas menjadi salah satu metode yang harus dimiliki oleh guru jika ingin bekerja secara efektif dengan berbagai gaya belajar siswa yang berbeda. Jenis-jenis dari metode discovery adalah:
1)      self- discovery, yaitu siswa dibantu untuk menemukan sosuli pemecahan masalah.
2)      guided discovery, yaitu guru membantu dengan cara mengorganisasikan melalui pertanyaan dan penjelasan menjelaskan konsep atau prinsip.
3)      pure discovery, yaitu para murid diharapkan untuk sampai pada konsep tertentu serta prinsip-prinsip yang lengkap, yang ditemukan sendiri.
Adapun perbedaannya dengan inquiry  dapat dijelaskan bahwa inquiry mempunyai prinsip sebagai petunjuk dalam memberi makna. Tujuan metode inquiry adalah dapat menghubungkan antar aspek yang terpisah yang ada dalam kesadaran seseorang.
Menurut Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008:30) bahwa strategi pembelajaran heuristic merupakan strategi yang menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem instruksional mengarah kepada pengaktifan peserta didik, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Teknik penyajian yang parallel dengan strategi pembelajaran ini adalah inkuiri (inquiry), pemecahan masalah (problem solving),eksperimen, penemuan (discovery), teknik non direktif, penyajian secara khusus, dan teknik penyajian kerja lapangan. Pengertian pengajaran berdasarkan inkuiri banyak ahli yang merumuskan. Kourilsky (1987:68) berpendapat bahwa pengajaran inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa, di mana kelompok inkuiri mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan structural kelompok. Model pembelajaran yang berpangkal pada pendekatan inkuiri ialah problem-centered inquiry. Strategi pelaksanaan dalam kelas adalah discovery-oriented inquiry dan  policy-based inquiry.  Menurut Oemar Hamalik (2008:220) menyatakan tentang asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri ialah: 1) keterampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis; 2) keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok di mana mereka berkomunikasi, berbagi tanggung-jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan; 3) kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan discovery menambah motivasi dan memajukan partisipasi.
Dengan metode discovery-inquiry yang mengikuti paham kontruktifisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu dibina sesuatu pengetahuan itu mengikuti pengalaman masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid. Pikiran murid tidak akan menghadapi reality yang berwujud secara terasing dalam persekitaran. Realiti yang diketahui murid adalah reality yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya sudah memiliki satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap persekitaran mereka.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dari pengetahuan atau pengalaman idea para murid. Murid mempunyai idea mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman dan miskonsepsi ini diabaikan atau tidak ditangani dengan baik, kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu akan tetap kekal walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban seperti yang dikehendaki para guru. Sedangkan John Dewey menguatkan lagi teori kontruktivisme ini bahwa pendidikan yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berterusan.
Metode discovery inquiry menurut pandangan ahli konstruktivisme, setiap orang mempunyai peranan dalam menentukan apa yang akan mereka pelajari. Penekanan diberikan kepada penyediaan murid dengan peluang untuk membentuk kemahiran dan pengetahuan di mana mereka menghubungkan pengalaman lampau mereka dengan kegunaan masa depan. Murid tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta saja, sebaliknya penekanan diberikan kepada proses berpikir dan kemahiran berkomunikasi. Selepas satu sesi, perbincangan murid bersama-sama guru menentukan perkara penting yang harus dipelajari dan tujuan mempelajarinya. Dalam proses ini murid akan mengalami prosedur yang digunakan oleh seorang saintis seperti menyelesaikan masalah dan memeriksa hasil yang diperoleh.
Melalui penggunaan paradigma konstruktivisme, guru perlu mengubah peranannya dalam bilik sains. Guru mungkin akan berperan sebagai pelajar atau penyelidik. Dengan cara ini, guru akan memahami murid dan membina konsep/pengetahuan. Justru itu guru akan memperoleh kemahiran untuk membina dan mengubah kepahaman serta berkomunikasi dengan orang lain. Guru akan memahami bahwa proses pembinaan dan pembenahan konsep merupakan suatu proses berterusan dalam kehidupan.
Menurut teori konstruktivisme, dengan adanya terapan strategi discovery inquiry penilaian harus merangkum cara penyelesaian masalah dengan konsep ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran dengan metode discovery inquiry melalui pengalaman langsung yang berazazkan konstruktivisme memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep/pengetahuan. Di samping itu guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kepahaman orang lain supaya kepahamannya tentang suatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi.