Pendekatan struktural TPS yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan dkk dalam
(Muslimin, dkk, 2000) ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dimaksudkan sebagai
alternatif struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah mengangkat
tangan dan ditunjuk. Kagen juga menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan
kooperatif, dari pada penghargaan individual.
Think-pair-shere memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih
banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain, dapat
bekerja sama dengan orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen.
Jika guru menginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa
yang telah dijelaskan atau dialami. Maka
guru memilih untuk menggunakan strategi Think-pair-shere
sebagai gantinya tanya jawab seluruh kelas, dengan langkah-langkah sebagai
berikut ini.
Tahap -1 : Thinking
(berfikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut
secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap -2 : Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dengan
siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap
pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan
dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau berbagi ide
jika suatu persolan khusus telah diidentifikasi.
Tahap -3 : pada tahap akhir ini, guru meminta
kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan
dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar
seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melapotkan.