Karakteristik pembelajaran yang humanik adalah adanya keseksamaan
mengenali kubutuhan belajar peserta didik, hubungan yang didasarkan atas sikap
respek, kedekatan, komunikasi nirkekerasan, dan pengembangan nilai-nilai.
Kebutuhan belajar peserta didik sangatlah beragam, baik dari segi tipe cara
belajar, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kompetensi dasar tertentu,
maupun dari segi bahan ajar yang diminati. Sebagai manusia, peserta didik
selalu berbeda dan berharga, serta lebih jauh lagi bahwa setiap manusia adalah
maha karya ( master piece ) Allah Sang Pencipta. Maka menjadi suatu
kenyataan bahwa dari milyaran manusia yang pernah lahir di dunia ini tidak ada
dua manusia yang persis sama meskipun keduanya lahir kembar. Sikap respek
inilah yang bermula dari pandangan tersebut.
Kedekatan menjadi karakteristik penting berikutnya dalam
pembelajaran yang humanik. Penelusuran kebutuhan, minat dan data tentang
kemajuan belajar lebih mudah dilakukan melalui kedekatan. Kedekatan menyediakan
pula kesetalaan akan segi-segi simbolik yang dalam pembelajaran sejarah
merupakan bagian yang tidak terelakkan. Demikianlah pembelajaran sejarah
melibatkan kepekaan akan peristiwa-peristiwa masa lampau, arti pentingnya bagi
kehidupan manusia, dan pemaknaannya.
Pembelajaran yang humanik juga ditandai oleh komunikasi
nirkekerasan. Dari hasil pengamatan Rosenberg yang dikembangkan oleh Leu ( 2003 ) bisa diambil sebagian penanda
komunikasi nirkekerasan, yaitu mengutamakan mengobservasi daripada menilai,
mempertimbangkan pertanggungjawaban daripada sekedar menyampaikan informasi,
mementingkan paraphrase daripada mendiktekan pemahaman, dan lebih percaya
kepada empati daripada simpati ( Lucy Leu, 2003 ).
Dalam rangka memperkuat pembelajaran yang humanik diperluakan
pengembangan nilai-nilai. Tillman memaparkan, bahwa kajian sejarah dan sosial
akan menjadi media pengembangan diskusi tentang nilai-nilai kehidupan. Tillman
mencontohkan bahwa pokok bahasan tentang hari kemerdekaan dalam mata pelajaran
sejarah bisa disisipi pertanyaan tentang makna merdeka bagi setiap siswa.
Dengan mengambil pengalaman Samantha Fraser, seorang guru di Tanzania, Tillman mengembangkan
bahwa nilai kemerdekaan bagi murid-murid di Tanzania tersebar ke dalam berbagai
aspek, yaitu seni, sejarah, musik, bahasa, geografi, drama, dan sains. Dalam
aspek seni berkaitan dengan warna dan hasrat untuk menyatakan kemerdekaan.
Dalam aspek sejarah berkaitan dengan dampak perang. Dalam aspek musik berkaitan
dengan memilih menyanyikan atau mengubah lagu secara bebas. Dalam aspek bahasa
tidak terlepas dari kebebasan memilih bahan untuk bercerita, berpidato,
berlangganan/membaca surat
kabar, berdiskusi, dan menulis kreatif. Dalam segi geografi berkaitan dengan
area pemukiman penduduk dapat memperoleh kemerdekaannya. Dalam bidang drama
penduduk berhak untuk membekukan atau memainkan kembali ekspresi-ekspresi
tertentu. Dan dlam bidang sains berkaitan dengan pertumbuhan barang kebutuhan
dalam kehidupan sehari-hari ( Diane Tillman, 2000 : xxiii – xxv ). Pendek kata
, pembelajaran yang humanik menempatkan murid dan guru sebagai pelaku kehidupan
yang pengalaman mereka patut diangkat sebagai bahan ajar dan direfleksikan
sebagai bahan yang dapat memperkaya batin.