Wednesday, August 8, 2018

Tiga potensi kodrati siswa (gaya belajar siswa)


Potensi kodrati siswa terdiri dari tiga yaitu Potensi Sama’ (pendengaran atau auditorial), Absoro ( penglihatan atau visual) dan Fuada (gerakan hati atau kinestetk)  atau secara sederhana .Dan kemudian disingkat S-A-F (Sama’-Absoro-Fuada). Bobbi menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana siswa atau seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak).
Dengan demikian gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi dengan mudah[1]. Dalam mengemban amanah manusia telah diberikan suatu perangkat yang tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu otak dan pola fikir, sehingga manusia mampu menjalankan amanah yang harus dilaksanakan. Dengan demikian manusia wajib untuk menjaga dan memeliharanya baik secara fungsional maupun struktural. Soemarmo menyatakan bahwa pemeliharaan otak dapat dilaksanakan secara struktural  dengan jalan selalu mensuplai darah, oksigen dan energi yang cukup ke otak hingga terpelihara dengan baik, disamping itu pemeliharaan otak secara fungsional dapat dilakukan dengan proses belajar yang meliputi belajar melihat (visual atau absoro), belajar bergerak (kinestetik atau fuada), belajar mendengar (auditorial atau sama’)  mengingat, merasakan. Dan semua proses belajar selalu merangasang pusat-pusat otak (brain learning stimulation) karena dalam otak terdapat pusat-pusat yang mengurus fungsi tubuh yaitu pendengaran (sama’), penglihatan (absoro) dan gerak (kinestetik atau fuada)[2]. Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa otak dapat berfungsi secara maksimal bila ada stimulus-stimulus yang berasal dari pendengaran (sama’), penglihatan (absoro) dan gerak/ kinestetik (fuada). Disamping itu dalam kitab suci Al-qur’an dinyatakan dalam surat ke 17 ayat 36 dinyatakan bahwa :”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua akan dimintai pertanggung jawabnya”, dan dalam surat ke 16 ayat ke 76 dinyatakan bahwa :” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. Dari keterangan di atas telah jelaslah bahwa agar terjadi perolehan pengetahuan atau untuk mendapatkan pengetahuan (proses pembelajaran) maka Tuhan memberikan modal atau perangkat utama (potensi Kodrati manusia) yaitu pendengaran (sama’), penglihatan (absoro) dan gerak (kinestetik atau fuada), agar mampu  mensyukuri maka menggunakannya secara maksimal atau memberikan hak sesuai dengan haknya masing-masing. Disamping itu Bobbi menyatakan bahwa Modalitas adalah seperangkat jaringan kerja saraf yang berasal dari tempat yang sama yaitu (otak) yang memiliki kemungkinan tidak terbatas. Dan manusia memiliki ketiga modalitas yaitu Auditorial ( Sama’ atau pendengaran), Visual ( absoro atau penglihatan) dan kinestetik (gerakan atau Fuada). Bandler dan Grinder (1981) menyatakan bahwa meskipun manusia memiliki modalitas ke tiganya (visual,auditorian dan kinestetik) tetapi kebanyakan hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemprosesan dan komunikasi, sementara Markovba (1992) menyatakan bahwa orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu[3].
Sama’ ( auditorial) adalah cara kerja otak dalam mengatur dan mengolah informasi dari hasil penyerapan informasi secara maksimal dan mudah melalui konsepsi suara. Sehingga siswa  yang memiliki citra sama’ belajar akan lebih mudah dengan mendengar. Bobbi de Porter menyatakan bahwa[4] dominasi potensi kodrati auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata diciptakan maupun diingat, musik, nada irama, dialog internal dan suara menonjol sering diulang atau konsep kunci dibuat sebuah lagu dan dibantu dengan musik sebagai aba-aba serta dalam tehnik menghafal dengan menggunakan jembatan keledai. Indikator siswa sama’ adalah perhatiannya mudah pecah, berbicara dengan pola berirama dan belajar dengan cara mendengarkan, menggerakan bibir atau bersuara pada saat membaca. Serta berdialog secara internal dan eksternal. Disamping itu Mike Hernacki menyatakan bahwa orang-orang Auditorial  memiliki ciri sebagai berikut yaitu[5] : berbicara pada diri sendiri pada saat bekerja, senang membaca dengan keras, kesulitan menulis  hebat dalam bercerita. Dan suka musik dari pada seni. Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dominasi potensi kodrati Sama’ sangat terbantu segala sesuatu yang terakses bercitrakan jenis bunyi dan kata.
Absoro (visual) adalah suatu cara kerja otak dalam mengatur dan mengolah informasi dari hasil penyerapan informasi secara maksimal dan mudah melalui konsepsi Absoro (visual). Sehingga siswa  yang memiliki dominasi potensi kodrati absoro belajar akan lebih mudah dengan citra visual. Bobi menyatakan bahwa[6] potensi kodrati visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun mengingat warna hubungan ruang, potret mental siswa  visual memiliki indikator yaitu teratur, memperhatikan segala sesuatu menjaga penampilan, mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca dari pada dibacakan dan dalam belajar membutuhkan gambaran secara menyuluruh dan menangkap detail, mengingat apa yang dia lihat. Didorong dengan menciptakan simbol visual yang mewakili konsep kunci. Disamping itu Mike Hernacki menyatakan bahwa orang-orang visual  memiliki ciri sebagai berikut yaitu[7] : berbicara dengan cepat, teliti dan detail, mengingat apa yang mereka lihat dari pada yang dia dengar, mengingat dengan asosiasi visual, lebih suka demonstrasi daripada berpidato. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominasi potensi kodrati siswa Absoro sangat terbantu segala sesuatu yang terakses bercitrakan visual.
Fuada (kinestetik) adalah suatu cara kerja otak dalam mengatur dan mengolah informasi dari hasil penyerapan informasi secara maksimal dan mudah melalui Fuada (gerak yang dijiwai atau kinestetik). Sehingga siswa  yang memiliki dominasi potensi kodrati Fuada, belajar akan lebih mudah dengan jenis gerak dan emosi. Bobbi de Porter menyatakan bahwa[8] dominasi potensi kodrati kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyaman fisik menonjol disini. Siswa kinestetik memiliki indikasi : menyentuh orang, berdiri berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik. Mengingat sambil berjalan dan melihat. Memperagakan konsep dan menciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya. Disamping itu Mike Hernacki menyatakan bahwa orang-orang kinestetik memiliki ciri sebagai berikut yaitu[9] : berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, dengan menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian, berorientasi pada fisik dan banyak gerak. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat. Dengan menggunakan isyarat tubuh dan tidak dapat duduk atau diam terlalu lama. Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar dengan melalui manipulasi dan praktek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominasi potensi kodrati siswa fuada sangat terbantu segala sesuatu yang terakses bercitrakan segala jenis gerak dan  emosi.


[1] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan ,penterjemah Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2003).pp.110-112
[2] Soemarmo Markam, Latihan Vitalitas Otak (Jakarta: Grasindo,2005).p.1.
[3]  Bobbi De Porter danMark Reardon dan Sarah singer, Quantum Teaching ,penterjemah Ari.Nilandari (Bandung: PT Mizan Pustaka,2003).pp.84-85.
[4] Bobbi De Porter ,loc.,cit
[5] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, loc,cit.
[6] Bobbi De Porter danMark Reardon dan Sarah singer, loc,cit.
[7] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, loc,cit
[8] Bobbi De Porter danMark Reardon dan Sarah singer, loc,cit.
[9] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki,loc,cit.