Potensi kodrati siswa terdiri
dari tiga yaitu Potensi Sama’ (pendengaran atau auditorial), Absoro ( penglihatan atau visual) dan Fuada (gerakan hati atau
kinestetk) atau secara sederhana .Dan kemudian
disingkat S-A-F (Sama’-Absoro-Fuada). Bobbi
menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana siswa atau
seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan mengatur dan mengolah
informasi tersebut (dominasi otak).
Dengan demikian gaya belajar seseorang
merupakan kombinasi dari bagaimana menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi dengan mudah[1].
Dalam mengemban amanah manusia telah diberikan suatu perangkat yang tidak
dimiliki oleh makhluk lain yaitu otak dan pola fikir, sehingga manusia mampu
menjalankan amanah yang harus dilaksanakan. Dengan demikian manusia wajib untuk
menjaga dan memeliharanya baik secara fungsional maupun struktural. Soemarmo
menyatakan bahwa pemeliharaan otak dapat dilaksanakan secara struktural dengan jalan selalu mensuplai darah, oksigen
dan energi yang cukup ke otak hingga terpelihara dengan baik, disamping itu
pemeliharaan otak secara fungsional dapat dilakukan dengan proses belajar yang
meliputi belajar melihat (visual atau absoro), belajar bergerak (kinestetik
atau fuada), belajar mendengar (auditorial atau sama’) mengingat, merasakan. Dan semua proses
belajar selalu merangasang pusat-pusat otak (brain learning stimulation) karena dalam otak terdapat
pusat-pusat yang mengurus fungsi tubuh yaitu pendengaran (sama’), penglihatan (absoro) dan gerak (kinestetik atau fuada)[2].
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa otak dapat berfungsi secara
maksimal bila ada stimulus-stimulus yang berasal dari pendengaran (sama’), penglihatan (absoro) dan gerak/ kinestetik (fuada). Disamping itu dalam kitab
suci Al-qur’an dinyatakan dalam surat ke 17 ayat 36 dinyatakan bahwa :”Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati semua akan dimintai
pertanggung jawabnya”, dan dalam surat ke 16 ayat ke 76 dinyatakan bahwa :” Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun, dan memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”. Dari keterangan di atas telah
jelaslah bahwa agar terjadi perolehan pengetahuan atau untuk mendapatkan
pengetahuan (proses pembelajaran) maka Tuhan memberikan modal atau perangkat
utama (potensi Kodrati manusia) yaitu pendengaran (sama’), penglihatan (absoro)
dan gerak (kinestetik atau fuada),
agar mampu mensyukuri maka
menggunakannya secara maksimal atau memberikan hak sesuai dengan haknya
masing-masing. Disamping itu Bobbi menyatakan bahwa Modalitas adalah
seperangkat jaringan kerja saraf yang berasal dari tempat yang sama yaitu
(otak) yang memiliki kemungkinan tidak terbatas. Dan manusia memiliki ketiga
modalitas yaitu Auditorial ( Sama’
atau pendengaran), Visual ( absoro
atau penglihatan) dan kinestetik (gerakan
atau Fuada). Bandler dan Grinder (1981) menyatakan bahwa meskipun
manusia memiliki modalitas ke tiganya (visual,auditorian dan kinestetik)
tetapi kebanyakan hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas
belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemprosesan dan
komunikasi, sementara Markovba (1992) menyatakan bahwa orang tidak hanya
cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas
tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu[3].
Sama’ ( auditorial)
adalah cara kerja otak dalam mengatur dan mengolah informasi dari hasil penyerapan
informasi secara maksimal dan mudah melalui konsepsi suara. Sehingga siswa yang memiliki citra sama’ belajar akan lebih
mudah dengan mendengar. Bobbi de Porter menyatakan bahwa[4]
dominasi potensi kodrati auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata
diciptakan maupun diingat, musik, nada irama, dialog internal dan suara
menonjol sering diulang atau konsep kunci dibuat sebuah lagu dan dibantu dengan
musik sebagai aba-aba serta dalam tehnik menghafal dengan menggunakan jembatan
keledai. Indikator siswa sama’ adalah perhatiannya mudah pecah, berbicara
dengan pola berirama dan belajar dengan cara mendengarkan, menggerakan bibir
atau bersuara pada saat membaca. Serta berdialog secara internal dan eksternal.
Disamping itu Mike Hernacki menyatakan bahwa orang-orang Auditorial memiliki ciri sebagai berikut yaitu[5]
: berbicara pada diri sendiri pada saat bekerja, senang membaca dengan keras,
kesulitan menulis hebat dalam bercerita.
Dan suka musik dari pada seni. Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu
dengan panjang lebar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dominasi potensi
kodrati Sama’ sangat terbantu segala sesuatu yang terakses bercitrakan
jenis bunyi dan kata.
Absoro (visual) adalah suatu cara kerja
otak dalam mengatur dan mengolah informasi dari hasil penyerapan informasi
secara maksimal dan mudah melalui konsepsi Absoro (visual).
Sehingga siswa yang memiliki dominasi
potensi kodrati absoro belajar akan lebih mudah dengan citra visual. Bobi
menyatakan bahwa[6] potensi
kodrati visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun mengingat warna
hubungan ruang, potret mental siswa
visual memiliki indikator yaitu teratur, memperhatikan segala sesuatu
menjaga penampilan, mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca dari pada
dibacakan dan dalam belajar membutuhkan gambaran secara menyuluruh dan
menangkap detail, mengingat apa yang dia lihat. Didorong dengan menciptakan
simbol visual yang mewakili konsep kunci. Disamping itu Mike Hernacki
menyatakan bahwa orang-orang visual
memiliki ciri sebagai berikut yaitu[7]
: berbicara dengan cepat, teliti dan detail, mengingat apa yang mereka lihat
dari pada yang dia dengar, mengingat dengan asosiasi visual, lebih suka
demonstrasi daripada berpidato. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dominasi
potensi kodrati siswa Absoro sangat terbantu segala sesuatu yang
terakses bercitrakan visual.
Fuada (kinestetik)
adalah suatu cara kerja otak dalam mengatur dan mengolah informasi dari hasil
penyerapan informasi secara maksimal dan mudah melalui Fuada (gerak yang dijiwai
atau kinestetik). Sehingga siswa yang
memiliki dominasi potensi kodrati Fuada, belajar akan lebih mudah dengan jenis
gerak dan emosi. Bobbi de Porter menyatakan bahwa[8]
dominasi potensi kodrati kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi.
Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyaman fisik menonjol
disini. Siswa kinestetik memiliki indikasi : menyentuh orang, berdiri
berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat
membaca, menanggapi secara fisik. Mengingat sambil berjalan dan melihat.
Memperagakan konsep dan menciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya.
Disamping itu Mike Hernacki menyatakan bahwa orang-orang kinestetik memiliki
ciri sebagai berikut yaitu[9]
: berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, dengan menyentuh orang
untuk mendapatkan perhatian, berorientasi pada fisik dan banyak gerak.
Menghafal dengan cara berjalan dan melihat. Dengan menggunakan isyarat tubuh
dan tidak dapat duduk atau diam terlalu lama. Mempunyai perkembangan awal
otot-otot yang besar, belajar dengan melalui manipulasi dan praktek. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dominasi potensi kodrati siswa fuada sangat
terbantu segala sesuatu yang terakses bercitrakan segala jenis gerak dan emosi.
[1] Bobbi De Porter dan Mike
Hernacki, Quantum Learning membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan
,penterjemah Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2003).pp.110-112
[2] Soemarmo Markam, Latihan
Vitalitas Otak (Jakarta: Grasindo,2005).p.1.
[3] Bobbi De Porter danMark Reardon dan Sarah
singer, Quantum Teaching ,penterjemah Ari.Nilandari (Bandung: PT Mizan
Pustaka,2003).pp.84-85.
[4] Bobbi
De Porter ,loc.,cit
[5] Bobbi
De Porter dan Mike Hernacki, loc,cit.
[6] Bobbi
De Porter danMark Reardon dan Sarah singer, loc,cit.
[7] Bobbi
De Porter dan Mike Hernacki, loc,cit
[8] Bobbi
De Porter danMark Reardon dan Sarah singer, loc,cit.
[9] Bobbi
De Porter dan Mike Hernacki,loc,cit.