Prinsip-prinsip
manajemen dan komponen-komponen pembelajaran merupakan acuan yang dipergunakan
guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di sekolah. Secara lebih rinci dan
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Pembelajaran
1) Perumusan
Tujuan Pembelajaran
Sebagaimana
yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara
khusus dalam bentuk perilaku akhir siswa. Setiap guru perlu mengakui dan
memahami pentingnya tujuan pembelajaran. Demikian juga hasil belajar atau upaya
mencapai ke arah tujuan pembelajaran bagi siswa sangat erat kaitannya dengan
rumusan tujuan pembelajaran yang dirancang oleh guru sebelumnya. Keadaan ini
dipengaruhi oleh kemampuan guru sebagai perancang atau perencana pembelajaran.
Mengenai
tujuan pembelajaran (instruksional), Suharsimi Arikunto (1990:16) mengartikan “tujuan
pembelajaran merupakan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran”.
Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1990:17) membedakan tujuan instruksional
menjadi dua bagian, yaitu :
a)
Tujuan Instruksional Umum (TIU), merupakan tujuan yang
akan dicapai dengan satu kesatuan materi pembelajaran. Dalam kurikulum sekolah,
Tujuan Instruksional Umum adalah tujuan yang akan dicapai melalui pokok-pokok
bahasan.
b)
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), merupakan tujuan
yang akan dicapai guru dalam pertemuannya dengan siswa di kelas. Tujuan
Instruksional Khusus perlu dirumuskan sedemikian rupa, sehingga : bersifat
sangat khusus (hanya menunjukkan satu pengetahuan atau keterampilan saja),
berpusat pada siswa (langsung menunjuk pada kepentingan siswa), menunjuk pada
suatu kondisi atau situasi tertentu dalam kondisi apa tujuan yang dimaksud
dapat dicapai dan menunjuk pada suatu tingkatan atau ukuran yang telah
ditentukan.
Jika tujuan-tujuan
tersebut dilihat dari kacamata upaya pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut
merupakan penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan umum nasional.
Keadaan yang penting adalah bagaimana guru dapat menentukan agar tujuan-tujuan
tersebut dirumuskan secara jelas dan tegas dalam perilaku siswa.
2) Persiapan
Media
Persiapan
media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari perencanaan
pembelajaran. Alipandi (1994:153) mengemukakan “media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar
mengajar dapat berlangsung”. Manfaat yang dirasakan dengan mempergunakan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar menurut Ahmad Rifa’i (1991:2) adalah
:
a)
Memperjelas penyajian pesan agar tidak verbalistis.
b)
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c)
Menimbulkan kegairahan dalam belajar.
d)
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak
didik dengan lingkungan dan kenyataannya.
e)
Memungkinkan terjadinya belajar secara individual
menurut kemampuan dan minatnya.
f)
Memberikan rangsangan yang sama kepada setiap siswa.
g)
Mempersamakan pengalaman.
h)
Menimbulkan pesepsi yang sama antara siswa yang satu
dengan siswa yang lainnya.
Dalam proses pembelajaran
penggunaan media dikenal banyak jenis dan karakteristiknya, sehingga hal
tersebut perlu menjadi bahan perhatian dan pertimbangan seorang guru untuk
melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Oemar Hamalik (1991:63)
mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut.
a)
Media audio, yaitu media yang berkaitan erat dengan
indra pendengaran. Media ini merupakan media auditif yang menghasilkan bunyi
atau suara, misalnya radio dan tape-recorder.
b)
Media visual, yaitu media yang berkaitan erat dengan
penglihatan yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk yang dikenal dengan alat
peraga. Media visual ini dibedakan lagi menjadi : media visual diam dan gerak.
c)
Media audio-visual, yaitu penggabungan dari media audio
dan visual. Media ini merupakan media yang menghasilkan gambar dan suara,
seperti televisi dan film.
d)
Pengunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media
pembelajaran, artinya siswa dibawa langsung ke tempat atau objek pembelajaran.
Berdasarkan
hal-hal yang telah dikemukakan tersebut, maka jelas bahwa dalam perencanaan
pembelajaran, khususnya mengenai penggunaan media pembelajaran seorang guru
perlu memiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang
tepat, sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai secara efektif.
3) Persiapan
Diri
Persiapan
diri bagi seorang guru untuk melaksanakan proses pembelajaran merupakan hal
yang penting untuk dilakukan. Persiapan diri ini berhubungan dengan kemampuan
menguasai materi pelajaran untuk disampaikan kepada siswa, kondisi kesehatan
baik secara psikologis maupun psikis, penggunaan media dan sumber pembelajaran,
serta ketepatan waktu untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Guru
yang secara mental maupun fisik telah siap melaksanakan tugas akan lebih
berhasilan melaksanakan pembelajaran dibandingkan dengan yang kurang persiapan.
Persiapan dapat dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh
hari sebelumnya. Untuk itulah yang paling penting bagi seorang guru dalam
mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik untuk mengajar yang
benar-benar optimal.
4) Perlengkapan
Bahan
Perlengkapan
bahan berhubungan dengan persiapan bahan-bahan untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Bahan-bahan tersebut antara lain : buku sumber yang akan
dipergunakan, media pembelajaran yang akan dipakai serta sarana dan prasarana
pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran proses pembelajaran.
Untuk
pengadaan bahan pembelajaran guru dapat mencari dari perpustakaan sekolah,
penerbit yang cocok atau dari siswa, sedangkan media pembelajaran sebaiknya
dipersiapkan oleh guru mengingat guru yang akan menyampaikan materi di mana
penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Untuk bahan meteri yang belum ada, sedangkan sumber pembelajaran sangat
terbatas, maka sebelumnya guru memperbanyak materi pembelajaran tersebut dengan
memfoto-copynya terlebih dahulu, jangan membiasakan menyuruh siswa mencatat,
mengingat di sekolah tidak ada pelajaran mencatat.
5) Persiapan
Tugas dan Alat Evaluasi
Setelah
tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan bahan pembelajaran
dilengkapi, selanjutnya adalah mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas
tersebut dapat bersifat kelompok atau individual. Dalam pemberian tugas
hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas berpikir
siswa sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas
dapat dilakukan di sekolah atau di rumah dengan batas waktu yang telah
ditentukan oleh guru.
Demikian
pula halnya dengan alat evaluasi sebagai alat pengukuran keberhasilan
pembelajaran siswa terhadap materi yang telah disampaikan, seorang guru dapat
menentukan, bentuk, jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang
dipergunakan biasanya pilihan (a, b, c dan d), essay, menjodohkan atau sebab
akibat, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan materi pembelajaran dan
kisi-kisi yang telah ditetapkan, sedangkan waktunya ditetapkan berdasarkan
ukuran kemampuan siswa untuk mengerjakannya.
b.
Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran dikenal
pula dengan istilah metodologi pembelajaran sebagai prosedur yang digunakan
guru dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran kepada siswa. Dalam
pelaksanaannya guru secara berturut-turut melakukan proses yang disebut sebagai
: pengkondisian awal, penjelasan tujuan
dan materi, penciptaan kondisi belajar, penggunaan metode, dorongan untuk
berpendapat, kebebasan berdiskusi, penggunaan buku dan program, pengecekan
pemahaman, penggunaan format dan alokasi waktu.
Secara lebih rinci dan jelasnya proses
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1)
Pengkondisian Awal
Pengkondisian
awal berhubungan dengan apersepsi atau membangkitkan perhatian atau merangsang
siswa untuk belajar. Dengan pengkondisian ini siswa diharapkan terarah dan
tertib untuk mengikuti proses pembelajaran. Untuk tahap awal pembelajaran,
misalnya pada kelas baru, biasanya pengkondisian diawali dengan perkenalan guru
dengan siswa dan mengecek kehadiran siswa. Perkenalan bertujuan untuk lebih
mendekatkan hubungan antara guru dengan siswa serta memperjelas kedudukan
masing-masing antara fungsi dan peran guru serta fungsi dan peran siswa.
Demikian pula dalam hal absensi, penting dilakukan untuk mengetahui jumlah
murid yang akan belajar dan mengetahui murid lain yang belum hadir, sehingga
guru memiliki pegangan yang pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus
diajarinya.
2)
Penjelasan Tujuan dan Materi
Setelah
dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan penjelasan tujuan dan
materi pelajaran. Penjelasan tujuan disesuaikan dengan Tujuan Instruksional
Umum dan Khusus yang telah ditetapkan, sehingga siswa memahami apa yang
diharapkan guru setelah proses pembelajaran selesai. Demikian pula dalam
penjelasan materi seorang guru dapat menyampaikannya dalam berbagai bentuk.
Namun yang umum dipergunakan adalah melalui metode ceramah, mengingat metode ini pada saat sekarang mudah
untuk dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan materi biasanya dilakukan
melalui penjelasan konsep yang abstrak sampai dengan yang kongkrit, mulai dari
hal yang umum ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan kemampuan guru. Pada
saat menyampaikan materi biasanya siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat
hal-hal yang dianggapnya perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada saat guru
menerangkan siswa diharuskan menyimak sepenuhnya.
3)
Penciptaan Kondisi Belajar
Penciptaan
kondisi belajar dapat dilakukan guru pada saat berlangsungnya penjelasan materi
pembelajaran, misalnya menegur siswa yang kurang menyimak, memberikan sangsi
siswa yang selalu ribut, mengarahkan siswa untuk menertibkan diri atau
menertibkan hal-hal lain yang sekiranya mengganggu terhadap penciptaan iklim
pembelajaran yang kondusif. Dengan adanya penciptaan kondisi belajar tersebut,
maka jelas tujuan pembelajaran dan kelancaran pembelajaran akan tercapai secara
efektif.
4)
Penggunaan Metode
Penggunaan
metode pembelajaran penting dilakukan oleh guru untuk memudahkan penyampaian
materi pembelajaran. Seorang guru dalam menyampaikan satu materi pembelajaran
dapat menggunakan satu atau beberapa metode yang sesuai dengan materi
pembelajaran dan kemampuannya. Oleh karena itu pemahaman dan penguasaan
terhadap metode pembelajaran merupakan keharusan bagi guru agar lebih berhasil
menyampaikan meterinya. Metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru,
misalnya metode ceramah, diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA atau inquiry
learning.
5)
Dorongan untuk Berpendapat
Setelah
materi pembelajaran disampaikan oleh guru, selanjutnya guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpendapat terhadap materi yang telah
disampaikan atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila terdapat materi
pelajaran yang kurang dipahami. Dalam kegiatan ini guru perlu mendorong atau
memotivasi siswa minimal dengan pujian bagi siswa yang berpendapat atau
mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk mengetahui tingkat kreativitas
berpikir siswa terhadap materi yang baru saja diajarkan, apabila siswa
kelihatan vacum keadaan ini menunjukkan dua kemungkinan, yaitu siswa benar-benar
telah paham atau sebaliknya sama sekali tidak mengerti. Oleh karena itu guru
perlu melakukan ketegasan apakah siswa benar-benar paham atau pura-pura paham
dikarenakan takut.
6)
Kebebasan Berdiskusi
Guru
perlu memberikan kebebasan kepada siswa untuk mendiskusikan permasalahan yang
diajukan setelah materi disampaikan. Namun demikian kebebasan tersebut jangan
diartikan siswa bebas untuk ribut atau ke luar masuk kelas seenaknya. Kebebasan
di sini adalah kebebasan bertanggung jawab, artinya guru memberikan kebebasan
kepada siswa untuk berpikir memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuannya
dengan penerapan konsep bahwa pendapat apapun yang diajukan siswa adalah benar,
mengingat dalam konsep pembelajaran bahwa pendapat diakui sebagai suatu hal
yang benar.
7)
Penggunaan Buku dan Program
Penggunaan
buku dan program dilakukan sebagai sumber atau alat bantu terhadap kelancaran
proses pembelajaran. Penggunaan buku dapat dilakukan hanya satu jenis saja atau
bahkan beberapa buku. Untuk jenjang pendidikan dasar (sekolah dasar), biasanya
buku yang dipergunakan hanya satu buku saja yang telah ditetapkan oleh
departemen pendidikan. Keadaan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan siswa
semata-mata, sehingga konsep berpikirnya menjadi lebih terfokus.
8)
Pengecekan Pemahaman
Pengecekan
pemahaman dapat dilakukan oleh guru melalui proses tanya jawab. Dalam hal ini
guru bertanya terhadap materi yang telah disampaikan dengan catatan siswa tidak
melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap awal bagi guru untuk
mengukur sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
disampaikan secara sebagian sebelum dilakukan proses evaluasi lebih lanjut.
9)
Penggunaan Format Kesulitan Belajar
Penggunaan
format ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesulitan belajar siswa pada saat
materi pelajaran disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas mengajar, sehingga
dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan nanti. Namun demikian dalam proses
pembelajaran yang umum di tingkat sekolah dasar penggunaan formal kesulitan
belajar jarang dipergunakan, mengingat dominasi guru terhadap proses
pembelajaran masih kuat.
10)
Alokasi Waktu
Alokasi
waktu diperlukan untuk menentukan batasan antara luasnya materi dengan waktu
yang tersedia. Dalam hal ini bertujuan untuk menghindari penggunaan waktu yang
tidak efektif. Namun demikian dalam pelaksanaannya sering terjadi guru sudah
kehabisan materi, sementara waktu yang tersedia masih banyak atau sebaliknya
guru masih memiliki banyak materi yang perlu disampaikan sementara waktu telah
selesai. Untuk menghindari kejadian tersebut, maka guru harus pandai-pandai
menggunakan waktu dengan tepat, jika materi sudah habis sementara waktu masih
banyak, maka guru perlu memberikan penjelasan tambahan yang dapat memperjelas
materi pelajaran, sementara jika waktu telah selesai, tetapi materi masih
banyak, maka guru perlu memberikan penugasan kepada siswa untuk menemukan atau
merangkum dan mempelajari materi tambahannya.
c.
Tahap Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi
bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau nilai bagi siswa, tetapi
juga sebagai barometer untuk mengukur keberhasilan bagi guru itu sendiri dalam
penyajikan bahan pembelajarannya. Evaluasi penting dilakukan oleh seorang guru
manakala proses pembelajaran terlah selesai dilakukan, sehingga kriteria
keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat keberhasilannya. Oemar Hamalik
(1991:135) mengemukakan konsep penilaian (evaluasi) sebagai berikut.
Penilaian
(evaluasi) merupakan suatu proses berkelanjutan mengenai pengumpulan dan
penafsiran data dan informasi dalam rangka pembuatan keputusan pendidikan.
Rumusan ini berimplikasi kepada : (1) penilaian adalah suatu proses yang
dilaksanakan terus-menerus, mulai dari sebelum dilaksanakan pembelajaran sampai
dengan berakhirnya pembelajaran,
(2) penilaian mempunyai tujuan tertentu yaitu dengan informasi yang
diperoleh, dilakukan upaya memperbaiki proses pendidikan, misalnya memperbaiki
kurikulum dan proses pembelajaran dan (3) penilaian menuntut alat yang handal
untuk memperoleh informasi yang akurat, tepat guru dan berdaya guna untuk
membuat keputusan dan selanjutnya melakukan perbaikan untuk masa yang akan
datang.
Dengan
demikian evaluasi dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar dan guru
yang melakukan pengajaran. Guru dapat menentukan keberhasilannya baik dengan
angka atau nilai-nilai kepribadian yang tampak dari siswa. Hal yang patut
diperhatikan dalam penyusunan alat evaluasi adalah berpedoman pada tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan.
Beberapa
aspek yang patut diperhatikan seorang guru dalam melakukan proses penilaian
(evaluasi) adalah pemberian tes, penggunaan hasil belajar, membuat kesimpulan,
penerimaan input untuk kualitas PBM dan pemanfaatan fasilitas lingkungan.
Pemberian tes ini berhubungan dengan pemberian tes akhir materi dan batas
minimal tes akhir materi yang harus dicapai oleh siswa. Penggunaan hasil
belajar siswa berhubungan dengan analisa hasil belajar, penilaian perubahan
hasil belajar dan berfungsi sebagai feed back perbaikan pembelajaran. Dalam
membuat kesimpulan dapat dilakukan oleh guru atau dengan cara mengaktifkan
siswa untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara keseluruhan. Menerima input
dari luar untuk kualitas PBM dapat dilakukan melalui keterbukaan langsung guru
untuk menerima saran dan kritik dari pihak luar (kepala sekolah atau guru) lain
yang berfungsi sebagai observer dalam melaksanakan proses pembelajaran. Input
tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat konstruktif bagi
peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan datang. Selanjutnya pemanfaatan
fasilitas lingkungan berhubungan dengan tingkat kreativitas guru untuk membawa
peserta didik belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas
dengan lingkungan belajar yang ada di sekitarnya.